“Negara harus hadir, kita harus menyiapkan data dengan baik. Kami pakai KTP Sakti, satu KTP bisa profiling semuanya, termasuk disabilitas. Kalau kita punya satu data Indonesia, kita bisa cropping data disabilitas, kita bisa berikan perlakuan apa pun untuk mereka,” papar Ganjar.
Ganjar juga berbagi pengalaman ketika merancang pembangunan di Jawa Tengah.
Dia mengaku selalu melibatkan penyandang disabilitas dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan. Ganjar memberikan ruang bagi mereka untuk menyuarakan kebutuhan dan aspirasi mereka.
“Ketika saya merancang pembangunan, saya hadirkan mereka, saya kasih ruang pertama untuk mereka berpendapat. Saat itu, semua akan mendengarkan apa kebutuhan mereka. Itulah yang akan menjadi kebijakan publik. Apa yang harus kita sampaikan kepada mereka, sehingga no one leave behind. Mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan,” tutur Ganjar.
Kutip Pesan Kalis Mardiasih dari Yogyakarta
Ganjar berpendapat pembangunan Indonesia harus berorientasi pada manusianya. Kontestan Pilpres 2024 yang berpasangan dengan Mahfud Md itu menegaskan pembangunan SDM juga harus mencakup budi pekerti.
“Tentu saja pembangunan ini harus berorientasi kepada SDM atau manusia, budi pekerti yang baik, sopan, toleran, tidak adigang, adigung, adiguno, sehingga mereka menjadi manusia yang lengkap,” ujar Ganjar.
Menurut Ganjar, membangun SDM berarti menyangkut pendidikan dan kebudayaan. Gubernur Jawa Tengah (Jateng) periode 2013-2018 dan 2018-2023 itu menuturkan pendidikan dan kebudayaan mesti dibangun bersama-sama.
“Akses pendidikan yang baik, lebih inklusi, kemudian kurikulum yang mantap, dan tentu saja fasilitas yang diberikan harus bisa memberikan akses terbaik untuk anak-anak didik kita, termasuk nasib guru dan dosen,” tutur Ganjar dalam debat kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi, itu.
Capres yang didukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura, dan Partai Perindo, itu juga mengutip pesan Kalis Mardiasih, penulis dan aktivis perempuan di Yogyakarta.
“Perempuan muda dari Jogja, Mbak Kalis namanya, menyampaikan, ‘Pak Ganjar perhatikan mereka yang selama ini terpinggirkan. Ada dua, yang pertama kelompok perempuan, yang kedua adalah penyandang disabilitas’,” kata suami Siti Atikoh itu.
Ganjar menjelaskan Kalis mewanti-wantinya soal pentingnya lembaga pendidikan memperhatikan kedua kelompok itu.
“Tolong betul agar sekolah makin inklusif dan mereka tidak mendapatkan perlakuan yang diskriminatif,” kata Ganjar mengutip Kalis. (tim)