Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab timbulnya reaksi alergi tersebut. Pihak Pfizer sendiri mengatakan orang dengan riwayat alergi parah terhadap vaksin atau bahan calon vaksin telah dikeluarkan dalam uji klinis terakhir.
Reaksi alergi disebut kemungkinan disebabkan oleh komponen vaksin Pfizer bernama polietilena glikol (PEG) yang membantu menstabilkan suntikan. PEG diketahui tidak terdapat pada jenis vaksin lainnya.
“Sementara ini disarankan orang dengan riwayat reaksi alergi berat untuk tidak diberikan vaksin ini, atau dikenal dengan reaksi anafilaksis,†dr. Alvin Nursalim, Sp. PD. menanggapi.
Anafilaksis adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh yang bisa saja mengancam jiwa. Sementara menurut American Academy of Allergy, Asthma & Immunology, anafilaksis dapat menyebabkan tenggorokan bengkak, kesulitan bernapas, dan kesulitan menelan.
“Seiring dengan pemantauan berlanjut, tidak menutup kemungkinan ada imbauan lanjutan. Semua tergantung dari temuan di lapangan,†imbuhnya.
Temuan reaksi ini memengaruhi kebijakan beberapa negara. Otoritas Amerika Serikat, misalnya, diminta mempertimbangkan ulang rencana vaksinasi menggunakan produk Pfizer.
Moncef Slaoui, pelopor pengembangan vaksin pemerintah AS, berharap reaksi alergi di Inggris bisa dipertimbangkan dalam proses otorisasi di AS.
Untuk sementara, orang dengan reaksi alergi parah tidak boleh menerima vaksin Pfizer sampai ditemukan solusi efek sampingnya.
Vaksin virus corona Pfizer selama ini tergolong unggul karena memiliki efektivitas sampai 95 persen. Vaksin ini menggunakan teknologi baru yang belum pernah digunakan dalam vaksinasi manusia sebelumnya, yakni messenger-RNA (mRNA).
Dalam tahapan uji, beberapa relawan mengaku mengalami beberapa efek samping. Sebagai contoh, Glenn Deshield (44) relawan asal Texas yang merasakan efek samping seperti mabuk berat setelah disuntik vaksin.
Ada Carrie (45), asal Missouri, yang mengklaim menderita sakit kepala, demam, dan nyeri tubuh setelah suntikan pertama. Efek samping yang dirasakan justru memburuk selepas suntikan kedua.
“Setiap orang memiliki respons terhadap vaksin yang berbeda-beda. Layaknya reaksi alergi bisa ada yang ada, bisa ada yang tidak mengalami,†tutur dr. Alvin.
“Perbedaan sistem imun seseorang sangat bervariasi karena itu responsnya juga bisa berbeda,†dia menambahkan.
Vaksinasi memang salah satu cara untuk memutus rantai penyebaran corona. Namun, sebelum mendapatkan vaksin dan dipastikan aman, tetaplah memakai masker, menghindari kerumunan, dan mencuci tangan. (klikdokter)