Dzulhijjah Masuk Bulan Suci, Perbanyak Amalan Ini di 10 Hari Pertama Rasakan Keutamaannya

Kemuliaan dan keagungan yang ada pada bulan Dzulhijjah tidak perlu diragukan lagi. Bahkan, para ulama berbeda pendapat perihal lebih utama dan mulia mana antara sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah dan sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Dengan kata lain, bulan ini memang memiliki kekhususan dan keutamaan tersendiri yang tidak bisa dijumpai dalam bulan-bulan yang lainnya.

Ilustrasi Ibadah Haji

Jakarta, EDITOR.ID,- Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan suci yang dimuliakan oleh umat Islam. Pada bulan ini bersamaan dengan peristiwa dilaksanakannya rukun Islam yang kelima, yaitu ibadah haji di Baitullah. Tidak hanya itu, bulan ke dua belas dalam kalender Hijriah ini juga memiliki keutamaan istimewa pada 10 hari pertamanya.

Karenanya, banyak umat Islam yang menyambut hari ini dengan berpuasa, memperbanyak ibadah dan kebaikan lainnya.

Kemuliaan dan keagungan yang ada pada bulan Dzulhijjah tidak perlu diragukan lagi. Bahkan, para ulama berbeda pendapat perihal lebih utama dan mulia mana antara sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah dan sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Dengan kata lain, bulan ini memang memiliki kekhususan dan keutamaan tersendiri yang tidak bisa dijumpai dalam bulan-bulan yang lainnya.

Apa saja keutamaan-keutamaan yang terkait dengan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah dan bagaimana kita dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

Menukil artikel Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur sebagaimana dilansir dari NU Online menyebutkan hari-hari pertama bulan Dzulhijjah memiliki keutamaan yang luar biasa.

Di antara keutamaannya adalah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada hari yang amal shalihnya lebih dicintai Allah daripada hari-hari ini.” Keutamaan ini menunjukkan bahwa Allah memberikan nilai yang tinggi kepada amal shalih yang dilakukan selama 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الحِجَّةِ، يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ، وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ القَدْرِ

Artinya: Diriwayatkan Abu Hurairah, dari Rasulullah, beliau bersabda: Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah; satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan setahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar (HR. Tirmidzi, 3/122)

Berkaitan dengan perbedaan pendapat tersebut, Syekh Abdurrahman al-Mubarakfuri mengatakan:

اِخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ فِي هَذِهِ الْعَشْرِ وَالْعَشْرِ الْأَخِيْرِ مِنْ رَمَضَانَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هَذِهِ الْعَشْرُ أَفْضَلُ وَقَالَ بَعْضُهُمْ عَشْرُ رَمَضَانَ أَفْضَلُ

Artinya: “Para ulama berbeda pendapat sepuluh ini (awal Dzulhijah) dan sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Maka sebagian ulama berpendapat bahwa sepuluh ini adalah yang lebih utama. Dan berkata juga sebagian ulama yang lain, bahwa sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan lebih utama.” (Syekh Abdurrahman al-Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadi, [Bairut: Darul Fikr, 1999], juz III, halaman 386).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: