Selain itu, Ardha mengatakan Pilgub Sumut akan sangat dipengaruhi dukungan-dukungan dari tokoh lain yang muncul. Ia menyinggung peran Ijeck sebagai Ketua DPD Golkar Sumut akan berpengaruh pada peta persaingan di Pilgub Sumut nantinya.
“Ijeck ini kuda hitam. Arah dukungan Ijeck ke mana ini akan sangat menarik, karana dia akan membawa gerbong tersendiri. Apakah ke Edy atau Bobby,” kata Ardha.
Angin dari pemilih muda
Sama seperti Ardha, Dosen Ilmu Politik FISIP Universitas Sumatera Utara (USU) Warjio juga melihat bila terjadi head to head antara Edy dan Bobby di Pilgub Sumut, maka Bobby lebih berpeluang untuk menang.
Pasalnya, Warjio melihat jaringan kekuasaan dari daerah hingga ke pusat yang dimiliki Bobby kini lebih unggul ketimbang Edy.
“Tapi kita lihat sinyal kekuatan di pusat kan sangat dekat dengan Istana. Bobby punya peluang besar jika Istana mendekati pimpinan parpol seperti Gerindra dan Golkar. Bobby lebih berpeluang dicalonkan oleh Golkar, ketimbang Ijeck. Karena itu sangat bergantung pada keputusan pusat,” kata Warjio.
Tak hanya soal jejaring kekuasaan, Warjio juga menilai Bobby lebih diminati oleh pemilih muda ketimbang Eddy saat ini. Sebab, Bobby merupakan representasi dari anak muda lantaran usianya berada jauh di bawah Eddy.
Jika berkaca pada Daftar Pemilih Tetap (DPT) Sumatera Utara yang dikeluarkan KPU Sumut pada Pilpres 2024, tercatatada 10.853.940 pemilih. Dari jumlah itu, KPU Sumut mencatat sekitar 50 persen pemilih adalah generasi Z.
“Misalnya head to head antar Bobby dan Edy, saya kira akan menguatkan posisi Bobby dengan pemilih pemula yang banyak. Pemilih pemula akan bergeser ke Bobby ketimbang Edy. Edy memang punya pemilih tua yang loyal, tapi jumlahnya kalah dari pemilih muda itu,” kata dia. (tim)