Sebagai bentuk pertanggungjawaban, Fahmy menilai seyogianya Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mundur dari jabatannya mengingat jumlah korban yang besar yang disebabkan abainya perusahaan menerapkan sistem keamanan yang belum berstandar internasional.
“Sebagai pertanggungjawaban moral, seharusnya Direktur Pertamina itu mundur, atau diundurkan karena itu sudah merenggut korban jiwa yang besar,” papar Fahmy saat sebagaimana dilansir dari Validnews dari Jakarta, Sabtu (4/3/2023).
Dia melihat kurangnya empati dari Pertamina atas kebakaran yang terjadi di Depo Pertamina di Plumpang, sehingga sebagai bentuk tanggung jawab, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati harus mundur dari jabatannya.
“Atau Pak Erick (Menteri BUMN Erick Thohir) harus mencopot Dirut Pertamina. Karena 17 nyawa ini, saya kira ini tragedi kemanusiaan. Siapa yang bertanggung jawab terhadap 17 nyawa tadi? Ya saya kita Dirut Pertamina sebagai pucuk pimpinan dari Pertamina,” sebut Radhi.
Tanggung jawab itu, kata dia, dikarenakan juga tidak adanya kesadaran Pertamina dalam menangani korban. Menurutnya, ketika Plt Gubernur DKI bersama Pangdam dan Kapolda Metro Jaya sibuk menangani korban kebakaran, ia tidak melihat ada satupun perwakilan PT Pertamina di tempat kejadian perkara (TKP).
Fahmy menambahkan, terbakarnya Depo Plumpang semalam juga mengindikasikan Pertamina tidak melakukan sistem keamanan yang berstandard internasional.
Apalagi, depo tersebut letaknya berdekatan dengan permukiman warga sehingga ketika terbakar, sudah pasti langsung menyambar rumah di sekitarnya.
Oleh sebab itu Fahmy Radhi meyakini kejadian terbakarnya Depo Plumpang Pertamina sebagai bukti nyata PT Pertamina (Persero) abai dan lalai terhadap sistem keamanan pada aset-aset strategis mereka yang punya risiko tinggi. Apalagi, peristiwa nahas tersebut sampai menelan korban jiwa.
“Saya pun tidak yakin ada audit internal yang dilakukan oleh kementerian teknis, dalam hal ini Kementerian ESDM soal standar keamanan Pertamina,” kata dia.
Dalam menangani peristiwa Plumpang 3 Maret, Fahmy menegaskan PT Pertamina harusnya tidak lagi bicara panjang tentang investasi dan lain sebagainya dalam memindahkan depo tersebut. Menurutnya, masih banyak alternatif lokasi, seperti di kawasan Tanjung Priok yang dekat dengan pelabuhan.
Jika memindahkan depo ke Tanjung Priok, pengangkutan BBM oleh Pertamina tak harus lagi melalui pipa, tetapi bisa menggunakan kapal.
Pasalnya, pengangkutan ke Depo Plumpang saat ini menggunakan pipa yang melalui area permukiman penduduk sehingga jatuhnya korban jiwa tak bisa terhindari jika terjadi kebakaran.