Sewaktu bekerja di Bimantara ia dikenal dekat dan sering berkomunkasi dengan bosnya Peter F Gontha, maestro jazz yang juga pioner dunia broadcasting atau pertelevisian. Peter Gontha adalah sosok yang merintis dan mengawali industri penyiaran di Indonesia.
Peter Gontha mengajak Edi Winarto bergabung di media televisi yang mengelola konten berita dan kanal seperti CNBC Hongkong. Tapi ini murni produksi anak bangsa. Namanya, Quick Financial Channel yang kemudian disebut QFC. Merupakan kanal Indonesia TV Bussiness yang bersiaran melalui Indovision.
Disana Edi Winarto pada tahun 2000 juga diajak bergabung ke TV Swara, sebuah kanal TV politik yang mengangkat segmen siaran tentang isu-isu politik. Edi Winarto dipercaya sebagai salah satu tim produksi yang berhome base di gedung DPR.
Darisanalah ia banyak bergaul dan berinteraksi dengan kalangan politisi saat itu. Ia akrab dengan anggota Komisi I DPR RI Alm Subagio Anam (PDIP), Anggota Komisi V DPR RI KRT Ismangoen Notosapoetra (PDIP), Effendi Choirie (PKB) dan beberapa anggota DPR.
Disitulah Edi Winarto sempat direkrut sebagai staf ahli pribadi anggota Komisi I DPR RI Subagio Anam untuk membantunya memberikan masukan terkait RUU Penyiaran. Karena ilmu dan pengalamannnya di dunia televisi, Subagio Anam membutuhkan tenaganya. Kebetulan Subagio Anam pernah menjabat sebagai Sekretaris Panja RUU Penyiaran yang sekarang menjadi UU Penyiaran nomor 32 Tahun 2002.
Edi Winarto bersama anggota DPR Subagio Anam dan KRT Ismangoen Notosapoetro sempat bersama-sama merintis pendirian stasiun televisi lokal bernama Cakra TV Jawa Tengah. Televisi ini menjadi kebanggaan masyarakat lokal Jawa Tengah.
Namun karena tidak kuat permodalan, sebagian saham perusahaan ditake over oleh grup jaringan Bali TV. Edi Winarto yang tadinya adalah pengelola/ Direktur ditarik sebagai Komisaris.
Subagio Anam juga mengajak Edi Winarto menjadi Tim Adhoc Tim Media Pemenangan Pasangan Capres Cawapres Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto pada Pilpres 2004.
Pada tahun 2003, Edi Winarto diajak bergabung ke Televisi Nasional, TPI milik Siti Hardiyanti Rukmana yang dikelola Hary Tanoesoedibyo. Tahun 2007 stasiun televisi ini berganti nama menjadi MNC TV.
Pada 2012 Edi Winarto mengundurkan diri dari MNC TV dan berjuang membangun stasiun televisi lokal di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Disana ia dipercaya sebagai Chief Eksekutif Officer (CEO) untuk merintis tv lokal di kawasan pinggiran Jabodetabek. Bahkan Edi Winarto mengurus Ijin Penyelenggara Penyiaran (IPP) di beberapa daerah seperti Banten, Kota Malang, Banyuwangi, Yogyakarta, Purwokerto. (Bersambung)