“Saling mengintimidasi juga, ketika ada teman-teman yang sudah mau sadar, akhirnya dia kembali lagi jadi teroris,” katanya.
Karenanya, ia mengharapkan pemerintah sistem mengumpulkan mereka dalam satu penjara di ubah. “Jika bisa penjara untuk narapidana teroris itu dipisah selnya, agar yang masih berpaham sangat militan radikal tidak mendoktrin dan mengancam kepada napi yang sudah insaf,” paparnya.
Solusi lainnya adalah, menempatkan orang yang berhaluan sama dalam satu penjara. Bisa juga napi teroris terus dipindahkan dari penjara ke penjara.
“Yang ini perlu adanya pemetaan ulang pembinaan di penjara itu. Perlu adanya regulasi, tidak boleh ditempatkan permanen, lebih dari tiga bulan,” tuturnya.
Mantan napi teroris ini juga marah dengan temannya sesama Napi Teroris yang sok idealis dan sok berpaham murni agama padahal mereka juga mau duit. Seolah tidak mau menerima uang dari pemerintah atau orang yang mereka anggap kafir tapi ternyata jika tidak ada yang melihat atau sendirian mereka juga mau menerima uang.
“Saya menyaksikan sendiri mereka terima uang,” katanya.
Orang-orang yang berpaham radikal itu juga menganggap jika Pancasila itu kafir, bendera merah putih itu kafir dan haram. Siapa yang mengakui hal itu dituduh sebagai Kafir dan Fasiq. “Dan mereka mengatakan bahwa Garuda Pancasila itu haram simbol kafir tapi saya katakan lha anda pegang uang itu ada gambarnya burung Garuda, berarti anda kafir juga,” ujarnya. (tim)