Detik-Detik Ajal Menjemput, Kematian Dalam Kesendirian Pasien Covid

Gubernur Dki Jakarta Anies Baswedan Ketika Mengunjungi Rsud Cengkareng, Minggu, 24 Januari 2021. Instagram.com @aniesbaswedan

EDITOR.ID, Jakarta,- Virus Covid bukan wabah main-main. Bila tertular dan kekebalan tubuh kita lemah kemungkinan terburuk mengancam jiwa kita. Hingga hari ini sudah lebih dari 28 ribu orang meninggal diatas tempat tidur rawat pasien Covid. Mereka tak kuat menghadapi gempuran virus Covid.

Sehingga kini berhati-hatilah. Virus ini tak tampak, tapi daya serangnya sangat mengerikan. Tak butuh satu minggu pasien yang tak kuat melawan virus ini akan kewalahan. Kita tak akan bisa berbuat apa-apa. Rumah sakit hanya mencoba menyelamatkan nyawa pasien dengan bantuan oksigen dan menambah vitamin kekebalan tubuh.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan membagikan pengalamannya saat menyaksikan seorang pasien Covid-19 yang baru saja menghembuskan nafas terakhir di sebuah ruang perawatan intensive care unit (ICU) di Rumah Sakit, Cengkareng, Jakarta Barat pada Sabtu (23/1).

Pengalaman itu dibagikan Anies lewat unggahan di akun instagram-nya sehari kemudian pada Minggu (24/1/2021). Di unggahan tersebut, ia membagikan foto dirinya saat melihat pasien yang baru saja ditutup kain putih belum lama usai dinyatakan meninggal dunia.

Sebagai mantan penderita Covid-19, Anies Baswedan tampaknya memahami kondisi pasien tersebut di akhir hayatnya.

Seketika Anies Baswedan menggambarkan bagaimana detik-detik ajal menjemput pasien Covid-19 yang berada di ruang isolasi.

Dalam unggahannya, Anies Baswedan mengungkapkan bahwa pasien tersebut meninggal dalam kesendirian tanpa ada keluarga di sampingnya. ?Pasien itu baru saja ditutup kain putih. Ikhtiar manusia berhenti di situ. Semua alat dilepas, Ia telah jadi jenazah.

“Kematian dalam kesendirian, tanpa ada keluarga di sampingnya,? cuit Anies Baswedan melalui akun Instagramnya @aniesbaswedan yang diunggah pada Minggu, 24 Januari 2021 sebagaimana dikutip, Senin, 25 Januari 2021.

Dalam unggahannya tersebut, Anies juga menyampaikan kronologi kematian sang pasien yang ia saksikan dari dekat.

?Siang itu, menjelang pukul 14, di RSUD Cengkareng, berdiri di depan layar tv, di ruang kontrol yang memonitor setiap pasien ICU, kami menyaksikan dari dekat,? katanya.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayan tersebut juga menggambarkan kondisi saat tim medis dan para Nakes memberikan kabar duka tersebut kepada sang keluarga.

?Tidak lama kemudian, Kami menemui keluarganya di depan pintu ruang jenazah. Duka mereka terasa teramat dalam.

“Sesuatu yang tak pernah mereka bayangkan akan terjadi secepat itu. Kebersamaan dan gelak tawa berpuluh tahun keluarga itu, kini tersimpan menjadi kenangan,? tuturnya.

Anies Baswedan kembali menerangkan bahwa pandemi Covid-19 di Indonesia bukan cerita fiksi dan sekedar angka statistik.

?Teman-teman semua, ini bukan fiksi dan bukan sekadar angka statistik. Ini akhir dari sebuah perjalanan anak manusia yang diterpa wabah: bermula dari tertular Covid-19 dan berujung pada kematian,? ujarnya.

Lebih lanjut, Anies juga mengungkapkan bahwa saat ini kasus Covid-19 mayoritas menimpa klaster keluarga dengan usia muda dan yang paling banyak menjadi korban meninggal adalah usia tua.

?Penularan terbanyak saat ini menimpa klaster keluarga. Satu orang terpapar, lalu menularkan pada anggota keluarga lain.

“Fakta saat ini, paling banyak yang terpapar adalah usia muda, tapi paling banyak meninggal adalah usia tua. Janganlah jadi penular. Ikutlah mencegah penularan,? katanya.

Dalam akhir cuitannya, Anies Baswedan kembali menghimbau masyarakat untuk mengurangi kegiatan di luar rumah dan tetap menerapkan protokol kesehatan.

?Kurangi kegiatan di luar rumah, kecuali kegiatan mendesak dan mendasar. Saat pulang, maka taati protokol kesehatan.

“Mencuci tangan, memakai masker dan hindari kontak fisik dengan keluarga. Pakai masker itu tidak nyaman, tapi ingatlah, terkena Covid-19 itu jauh lebih tidak nyaman,? kata Anies.

Anies juga mengungkapkan bahwa berjarak, tak bersalaman dengan keluarga untuk melakukan isolasi mandiri, harus tetap dilakukan karena berpisah selamanya itu jauh lebih tidak nyaman. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: