Gubernur Jawa Timur H Soekarwo yang juga Ketua DPD Partai Demokrat Jatim
EDITOR.ID, Surabaya,- Berbeda dengan DPP Partai Demokrat yang siap berkoalisi dengan Prabowo Subianto. DPD Partai Demokrat Jawa Timur justru berbeda pandangan, mereka mengarahkan dukungannya ke Presiden Joko Widodo. Bahkan petinggi partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Jawa Timur Soekarwo ikut urun rembug mengenai sosok yang pantas mendampingi Jokowi dalam kontestasi Pilpres 2019.
Pakde Karwo, sapaan akrab Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur ini mengusulkan agar Jokowi memilih unsur profesional sebagai pendampingnya.
Selain memberi masukan ke Pakde Jokowi, DPD Partai Demokrat Jawa Timur meminta DPP Partai Demokrat agar mempertimbangkan untuk mendukung Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019 mendatang.
Pasalnya, grass root dan para pengurus daerah DPD Demokrat Jatim mayoritas mendukung Jokowi sebagai Capres 2019. Hal itu berdasarkan keputusan yang diambil melalui voting dengan hasil 156 suara untuk Jokowi dan 56 untuk suara untuk Prabowo Subianto sewaktu Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) pada Sabtu (21/7/2018) kemarin.
Ketua DPD Partai Demokrat Jatim Soekarwo mengatakan, ada dua skenario yang harus dilakukan oleh Jokowi di Pilpres 2019 mendatang. Pertama, Jika elektabilitas Jokowi sudah di atas 60 persen, maka mantan Gubernur DKI Jakarta itu lebih tepat jika mencari cawapres dari kalangan profesional.
Menurut Soekarwo, cara tersebut persis yang dilakukan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Pilpres 2009 yang menunjuk Boediono sebagai cawapres. Sebab, elektabilitas SBY kala itu benar-benar cukup tinggi.
“Kalau surveinya tinggi, Pak Jokowi pasti yang dipilih profesional seperti Pak SBY memilih Boediono begitu survei di atas 60 persen,” kata Soekarwo, di Surabaya, Minggu (22/7/2018).
Namun, jika kondisi elektabilitas Jokowi masih belum masuk level aman, imbuhnya maka sebaiknya Jokowi harus mengambil sosok cawapres yang bisa mendulang suara. Terutama dari kader partai yang punya basis pendukung di grassroot. Selain itu, tokoh agama juga dianggap mampu mendulang suara yang signifikan.
Kendati demikian, politikus yang akrab disapa Pakde Karwo ini enggan menyebut nama-nama yang layak mendampingi Jokowi.
“Kalau hasil surveinya menang tapi masih di bawah 60 persen maka cawapres itu penting. Jadi itu yang menjadi petanya. Kalau calon itu butuh (tambahan) suara, saya tidak tahu siapa yang punya suara, yang pasti ada kluster, ada kluster partai, ada kluster tokoh agama,” ungkapnya.
Menurut dia, tokoh agama dan kader parpol memang lebih efektif untuk meraup suara daripada kalangan profesional. Tetapi, jika yang dipilih kader partai, tantangannya adalah menjaga soliditas parpol koalisi. (tim)
“Jalan pikiran itu tadi kalau surveinya meyakinkan ambil nonpartai. Cari cawapres yang ada voters-nya. Yang nambah suara bukan profesional,” pungkasnya. (tim)