Jakarta, EDITOR.ID,- Setelah Partai Demokrat dan PKS menuruti jejak Partai NasDem resmi mendukung Anies Baswedan sebagai Calon Presiden pada Pemilihan Presiden 2024. Idealnya Koalisi Perubahan yang terdiri dari Partai NasDem, Demokrat, dan PKS seharusnya merapatkan barisan dan melakukan konsolidasi.
Salah satu agenda krusial para Ketua Umum partai yang tergabung dalam Koalisi Perubahan seharusnya segera menggelar pertemuan menyamakan persepsi. Terutama membahas isu Cawapres pendamping Anies yang masih Alot.
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh seharusnya segera berkonsolidasi dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurty Yudhoyono dan Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu untuk mematangkan deklarasi dan membentuk Sekretariat Bersama.
Namun menariknya Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh belum bersedia bertemu Ketum Demokrat dan Ketum PKS. Bos Media Grup dan Metro TV ini justru lebih memilih menemui Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto yang sudah lebih dulu membentuk barisan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dengan PPP dan PAN.
Lantas kenapa Surya Paloh lebih memilih menggelar pertemuan politik dengan Ketua Umum dan jajaran Pimpinan Partai Golkar? Manuver politik apalagi yang hendak dibangun Surya Paloh?
Awak media pun menanyakan apa alasan dan tujuan Surya Paloh lebih memilih berkunjung ke Partai Golkar atau Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dibanding menemui Demokrat dan PKS.
“Kenapa enggak mengunjungi yang lain? Yang lain kita memang baru mencoba. Baru mencoba,” ujar Surya Paloh menjawab pertanyaan awak media.
Hal itu disampaikan Paloh usai pertemuan dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto beserta jajarannya di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Rabu (1/2/2023).
Sebelum menjawab, Paloh dan Airlangga sempat mengaku agak berkeringat menanggapi pertanyaan itu.
Lebih jauh Surya Paloh dengan bahasa diplomatis beralasan bahwa Golkar merupakan partai prioritas bagi partainya. Paloh menyebut ada suatu romantisme dan sejarah perjalanan kehidupan pribadinya.
Menurut Surya Paloh, 43 tahun perjalanan karier politiknya di partai berlambang beringin itu.
“Jadi di Golkar sendiri ada 43 tahun. Baru kemudian ada NasDem kan. Jadi terlepas apapun juga kekurangan satu sama lain, tapi modal kebersamaan, catatan sejarah, saling pemahaman. Gak salah dibilang alumni golkar, itu memang benar adanya. Jadi prioritas,” jelas Paloh.
Pertanyaan menggelitik lainnya muncul apakah mungkin Partai NasDem bergabung ke Koalisi Indonesia Bersatu.
Surya Paloh menegaskan bisa jadi dan tidak menutup kemungkinan bergabung ke Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar, PAN dan PPP.