Demokrat-PKS Rebutan Prabowo, Siapa Yang Menang?

EDITOR.ID, Jakarta,- Pembahasan koalisi Partai Demokrat, PKS dan PAN untuk mengusung Prabowo Subianto masih mengalami deadlock. Hingga hari ini koalisi belum final dan sepakat untuk bersama menyiapkan pemenangan capres Prabowo. Pasalnya, PKS masih berkutat dengan isu untuk memajukan kader mereka sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres) Prabowo.

Sementara konon kabarnya Prabowo sudah mengantongi nama yang akan mendampinginya dan konon Prabowo tidak akan meminang kader PKS sebagai pendampingnya. Suara yang kuat beredar Prabowo akan meminang Agus Harimurti Yudhoyono yang rajin turun ke bawah menggalang dukungan massa.

Ketua Divisi Advokasi dan Hukum DPP Demokrat Ferdinand Hutahaean menyatakan parpol kolisi pendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2019 masih belum solid. Menurutnya, PKS dan PAN berpotensi meninggalkan koalisi.

“Koalisi ini belum rampung,” ujar Ferdinand saat dihubungi, Senin (6/8/2018).

Ferdinand mengatakan hanya partai Demokrat yang sudah pasti mendukung Prabowo di Pilpres 2019. Sementara PKS dan PAN masih berpeluang meninggalkan koalisi.

Alasan PAN belum pasti dukung Prabowo, kata dia, karena masih menunggu hasil Rakernas PAN. PAN diketahui menunda Rakernas dari jadwal semula pada 6-7 Agustus 2018.

Sementara PKS, kata Ferdinand, masih mengancam akan meninggalkan koalisi jika Prabowo tidak memilih cawapres sesuai dengan harapannya.

“PKS masih ngancam-ngancam. Artinya kami anggap tidak firm. Yang firm itu Demokrat-Gerindra,” ujarnya.

Ferdinand meminta PKS dan PAN meniru Demokrat dengan menyerahkan kewenangan kepada Prabowo untuk menentukan cawapres sendiri.

Demokrat, klaim dia, meyakini Prabowo sudah memiliki nama yang dalam waktu dekat akan diumumkan. Dia meyakini nama cawapres yang dipilih Prabowo sudah melalui pertimbangan yang matang, terutama cawapres yang dapat menambah elektoral di Pilpres 2019.

“Dia (Prabowo) bukan orang yang bisa ditekan-tekan oleh siapapun. Kami meyakini dia sudah punya nama, tinggal mengkomunikasikan dengan teman-teman koalisi,” ujar Ferdinand.

Beberapa nama cawapres yang berpotensi dipilih Prabowo antara lain Komandan Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufrie, hingga Ustaz Abdul Somad.

Sementara nama Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan disebut tidak masuk bursa cawapres Prabowo lantaran sudah menyatakan ingin berkonsentrasi menyelesaikan jabatannya.

“Kami kan semangatnya perubahan. Dia (Prabowo) pasti tahu berpasangan dengan siapa supaya berubah,” ujarnya.

Sebelumnya, pasca Ketua Umum Partai Gerindra, PKS, dan PAN menggelar pertemuan di kediaman konglomerat Maher Algadri di kawasan Prapanca, Jakarta Selatan, Selasa (31/7/2018) malam. Selain ketua umum, sekjen serta petinggi-petinggi ketiga partai itu pun turut hadir.

Kala itu, Sekjen Gerindra Ahmad Muzani mengatakan tiga partai sepakat membuka pintu kepada Demokrat jika ingin berkoalisi. Muzani mengklaim tiga partai tersebut akan menyambut baik dan terbuka.

Pertemuan tersebut lalu berlanjut pada Rabu (1/8/2018) malam. Kali ini, hanya sekjen yang berkumpul untuk duduk bersama. Sekjen Partai Demokrat, Hinca Pandjaitan ikut dalam pertemuan itu. Pertemuan perdana empat sekjen itu dilaksanakan di suatu rumah milik kader Gerindra di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

Pertemuan berlangsung tertutup. Sekitar dua jam kemudian atau pukul 22.00 WIB, Sekjen PKS Mustafa Kamal meninggalkan lokasi pertemuan paling pertama. Dia juga sudah berada di dalam mobil ketika keluar dari tempat pertemuan. Jendela mobil yang membawanya pun tertutup rapat. Seolah tidak ingin meladeni wartawan yang dia tahu sudah menunggu di luar pagar.

Para wartawan memanggil-panggil Mustafa dari balik kaca jendela. Namun yang dipanggil bergeming di dalamnya, jendela mobil pun terus tertutup rapat.

Beberapa saat kemudian, karena mobil tak jua bergerak, Mustafa menyerah namun hanya sudi membuka kaca dan memberi sedikit pernyataan.

“Pokoknya PKS memegang teguh menjunjung tinggi rekomendasi ijtima ulama. Sudah itu saja,” ucap Mustafa singkat.

Rekomendasi ijtima ulama yang dimaksud Mustafa yakni pasangan calon Prabowo Subianto-Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufi atau Prabowo-Abdul Somad.

Mustafa enggan membeberkan apa yang dibicarakan saat duduk bersama dengan tiga sekjen partai lainnya. Ketika diungkit kembali soal cawapres yang bakal ditawarkan PKS kepada Prabowo, Mustafa menjawab dengan pernyataan dengan makna yang tergolong sama, yakni memprioritaskan rekomendasi ijtima ulama.

“Kita bersama umat, bersama ulama, bersama rakyat Indonesia untuk bangsa Indonesia yang lebih baik,” katanya.

Kepergian Mustafa tidak diikuti tiga sekjen lainnya dalam waktu yang berdekatan. Sekitar 20-30 menit kemudian, barulah Sekjan PAN Eddy Soeparno nampak ingin meninggalkan lokasi.

Berbeda dengan Mustafa, Eddy tak langsung menaiki mobilnya guna meninggalkan lokasi. Begitu pula dengan Hinca dan Muzani. Mereka sudi menanggapi pertanyaan wartawan yang ingin tahu isi dan hasil diskusi keempat sekjen. Mereka juga memberikan jawaban yang panjang lebar. Tidak seperti Mustafa yang hanya berkenan memberikan jawaban pendek.

Sebetulnya, gelagat Mustafa yang tak terbuka sudah tampak sebelum pertemuan berlangsung. Setibanya di lokasi, Mustafa tidak turun dari mobil meski wartawan telah mencegat di depan pagar. Bahkan, Mustafa tidak membuka kaca jendela mobilnya.

Berbeda dengan Muzani, yang tiba terlebih dahulu. Begitu pula Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan yang tiba paling terakhir. Keduanya rela turun dari mobil di luar pagar rumah dan mau disodorkan alat perekam milik wartawan.

Sekjen PAN Eddy, sebetulnya tidak memberikan pernyataan sebelum pertemuan berlangsung seperti yang dilakukan Muzani dan Hinca. Namun, dia tetap menyapa ramah para wartawan yang telah lama menunggu kedatangan keempat sekjen di depan pagar lokasi pertemuan.

“Nanti ya kalau sudah selesai,” kata pria berkacamata tersebut.

Di akhir pertemuan, Muzani mengatakan empat sekjen sepakat membentuk dua tim kecil.

“Kami sepakat sepakat [kirim] tiga orang. Tiga untuk tim 1 dan tiga untuk tim 2. Jadi masing-masing 6 orang perwakilan,” ungkap Muzani.

Kedua tim itu akan bertugas menyusun visi dan misi capres-cawapres yang akan diusung bersana. Selain itu, juga membahas suatu kerangka pemerintahan jika mereka memenangkan Pilpres 2019 mendatang.

Hal senada diutarakan Hinca. Lebih lanjut, ia mengatakan pertemuan tidak membahas nama-nama untuk calon pendamping Prabowo. Dia menegaskan dirinya juga tidak datang untuk menawarkan satu nama untuk dijadikan cawapres.

“Kami bicara teknis dan program. Bukan orang,” ucap Hinca. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: