Cerita Bu Mega Soal Kunyit dan Riset

bu mega saat membuka forum komunikasi riset dan inovasi brin foto youtube brin

EDITOR.ID, Jakarta,- Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Megawati Soekarnoputri punya pengalaman yang bisa menjadi inspirasi bagi para peneliti. Yakni, keampuhan kunyit yang bisa menjadi obat segala penyakit.

Konon kunyit yang masuk kelompok bumbu dapur empon-empon (rempah-rempah,red) bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh (imun) dan luka dalam. Jika ditumbuk dan direbus dengan air, kemudian airnya diminum bisa membantu mengobati luka dalam.

Oleh sebab itu para pedagang jamu tradisional sering memanfaatkan kunyit sebagai salah satu bahan baku jamunya.

Sayangnya kabarnya kunyit belakangan ini laris dan sering di ekspor ke luar negeri sebagai bahan obat-obatan dan kosmetika.

Soal kunyit ini, Bu Mega, sapaan akrab Megawati Soekarnoputri punya kisah cerita. Presiden ke-5 RI itu mengisahkan sering menerima keluhan dari para ibu-ibu yang bergerak di bidang jamu tradisional.

Para ibu penjual jamu itu sering kesulitan mendapatkan kunyit karena kebanyakan diekspor ke luar negeri. Mendengar kisah mereka ini, Bu Mega ikut prihatin dan miris.

“Ibu-ibu yang bergerak di jamu-jamu tradisional mengeluh sekarang,” ujar Bu Mega saat memberikan pengarahan dalam Pembukaan Forum Komunikasi Riset dan Inovasi 2021, Sabtu (20/11/2021).

kunyit
kunyit

Para ibu-ibu itu meminta tolong ke Bu Mega dengan kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Cerita yang mereka dengar, harga kunyit sekarang sedang bagus sehingga banyak yang diekspor.

“Lho kok diekspor? Kok laku ya? Untuk apa ya? Kan saya tanya gitu ‘ya untuk obat-obatan juga Bu’,” tuturnya menceritakan percakapannya dengan ibu-ibu.

“Terus saya mulai mikir ‘wah enak banget ya’, saya bukan anti asing lho, jangan punya pikiran saya anti asing, no, tapi saya mau bangsa saya ini maju bersama, bergerak bersama, totalitas untuk bangsa dan negara dan seperti yang presiden inginkan, kemajuan itu benar nyata untuk Indonesia ke depan. Jadi apapun itu fokusnya harus di situ,” sambungnya.

Pada kesempatan itu Mega juga miris karena jamu tradisional dipandang sebelah mata sehingga keberadaannya kerap ditolak.

“Katakan dari sisi kesehatan, saya suka ketawa, apa ya tapi miris, jamu-jamuan seperti ditolak. Itu tidak ada masuk ke dalam laboratorium ‘waduh’ saya bilang, padahal dari zaman dulu rakyat kita zaman dulu kok ya hidup juga ya, apa karena minum jamu-jamuan toh?” paparnya.

Dia juga berharap agar BRIN tidak mengesampingkan riset kecil-kecilan dengan kearifan lokal. Jika berpikir riset-riset semacam itu layak dibuang, menurutnya tidak cocok menjadi bagian dari BRIN

“Yang telah membuat inovasi, yang telah membuat riset kecil-kecilan katakan yang namanya kearifan lokal kita, apa harus dibuang? No, kalau ada yang buang mohon maaf jangan jadi BRIN,” tambah Mega. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: