Jakarta, EDITOR.ID,- Ada yang istimewa dalam acara Malam Apresiasi dan Pisah Sambut Laksamana TNI Yudo Margono. Pemimpin Redaksi S.S Budi Rahardjo berkesempatan duduk satu meja bersama sosok Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono. Obrolan positif yang memberikan pencerahan.
Momen dimana Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) yang baru Laksamana Muhammad Ali mengundang untuk hadir di acara Malam Apresiasi dan Pisah Sambut Laksamana Yudo Margono.
Sambil menikmati rangkaian acara, terjadi perbincangan dengan sosok dibalik layar dengan keberhasilan tugas yang diemban oleh Angkatan Laut selama ini.
Orang nomer satu, dengan peran Dinas Penerangan (Dispen) Angkatan Laut sebagai leading sector kehumasan.
Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono
Inilah Komandan sekaligus sebagai “marketing” TNI AL baik di tingkat Mabesal, Kotama, Lantamal, hingga Lanal-Lanal dalam mempublikasikan pencapaian tugas yang dilakukan
Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono menjabat Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) mulai tanggal 1 Oktober 2020.
Julius, tentara yang humble dan memiliki jejaring luas ini mengkomando jajarannya, agar publik mengetahui apa yang telah dikerjakan TNI Angkatan Laut (TNI AL).
Menjadi bagian tugasnya dan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada rakyat Indonesia sekaligus menciptakan Trust sehingga kepercayaan masyarakat terhadap TNI AL makin tinggi.
Kadispenal berhasil menjalankan tugas bersama tim, tidak hanya sekedar publikasi dan dokumentasi, melainkan mampu untuk melaksanakan peperangan informasi.
“Peperangan konvensional berpotensi terjadi, namun peperangan informasi pasti dan senantiasa terjadi,” ujar Laksma Julius, alumni Akademi Angkatan Laut (AAL) Angkatan ke-35 tahun 1989 itu.
Julius Widjojono menuturkan untuk menghadapi peperangan informasi ini, diperlukan sumber data yang selalu ter up to date dari berbagai sumber.
Antara lain dari satuan-satuan kerja Mabesal maupun dari Kotama, mitra media penerangan, maupun dari publik.
“Data-data ini dianalisa dan ditindaklanjuti dalam bentuk konten yang bersifat humanis, religius, sinergitas, profesional, responsif, merakyat dan loyalitas,” tuturnya.
Juga dikemas secara renyah, ringan dan natural sehingga diharapkan publik mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan,” lanjut pria yang mengawali karier di beberapa Kapal Perang Republik Indonesia sebagai perwira logistik diantaranya KRI Teluk Ende-517 (1990-1992).
Masih kata pria yang pernah menjadi Kadeplog di KRI Teluk Ende 517 serta pelaut di KRI Johannes-332 (1993) dan KRI Teluk Parigi-539 (1995). “Dispenal dituntut bergerak cepat mengantisipasi fenomena globalisasi informasi seperti saat ini,” ujarnya.