EDITOR.ID, Jakarta,- Belakangan bangsa Indonesia sedang mengalami ujian munculnya ideologi intoleransi dan pandangan monopoli kebenaran dalam beragama. Orang mendirikan tempat ibadah atau ingin beribadah namun ironisnya justru didemo dan dilarang warga dengan alasan beda agama. Sungguh miris melihat hal ini.
Sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, hal ini tentu menjadi tamparan keras bagi pemerintah. Apalagi jika menilik semboyan bangsa Indonesia, ‘Bhinneka Tunggal Ika’ yang artinya ‘Berbeda-beda tetapi tetap satu’. Rasanya menjadi tidak relevan lagi bila dikaitkan dengan kondisi Indonesia saat ini.
Disaat kita khawatir potensi munculnya polarisasi atau perpecahan bangsa, Tausyiah Prof Dr KH Abdul Syakur Yasin MA ini memberikan pencerahan dan jawaban atas isu tersebut. Salah satu jamaah melontarkan sebuah pertanyaan menarik tentang ‘Apakah ada batas-batas atau perbedaan antara menghormati orang islam dan non Muslim (kafir)?’
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Prof Buya Syakur Yasin kembali menggoda sang jamaah dengan sebuah pernyataan menarik. “Handphone buatan orang Islam bukan? Makanan, tekstil, karpet, semuanya yang buat orang Islam bukan? Apakah mereka melarang kita untuk memakainya?,” tutur Prof Buya Syakur Yasin.
“Jadi selama di dunia kita tidak usah membeda-bedakan. Yuk bareng-bareng jalan kebersamaan di dunia. Urusan masing-masing itu nanti di akhirat,” tuturnya penuh dengan kesejukan.
Pria yang akrab disapa Buya Syakur Yasin itu pun menjelaskan, seluruh orang beriman, orang yahudi, nasrani, maupun orang musyrik, silakan berlomba-lomba berbuat kebaikan, menjalin bisnis dan lain sebagainya. Nanti yang menentukan siapa yang selamat itu adalah Allah SWT, bukan orang lain atau pemimpin agama.
“Jangan mengklaim diri sendiri bahwa kita akan selamat dunia dan akhriat, atau mengkafir-kafirkan orang lain, apa bapak yakin masuk surga? Saya sendiri tidak yakin masuk surga. Saya masih menerka-nerka apakah saya layak masuk surga, berapa harga surga? Apakah cukup dibayar dengan bersujud?,” ungkap Buya Syakur Yakin.
Dari pernyataan di atas, Buya Syakur ingin menunjukkan kepada umat Muslim bahwa tidak semudah itu masuk surga. Bahkan, tidak ada satu pun orang yang tahu siapakah di antara mereka yang nantinya akan selamat di akhirat.
“Surga adalah urusan akhirat. Selagi masih di dunia, lebih baik kita menciptakan surga bareng-bareng, seperti apa? Misalnya dengan membuat negerinya aman, melakukan kerjasama dengan baik, atau bertukar kepentingan dengan negara-negara lain,” tambahnya.