EDITOR.ID, Jakarta,- Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) 0504/Jakarta Selatan Kolonel Inf Jamaluddin SIP ternyata pengagum Proklamator RI Bung Hatta. Sikap sederhana dan kejujuran dari sosok Bung Hatta menjadi inspirasi perwira menengah ini.
Oleh sebab itu, Kolonel Jamaluddin memberikan apresiasinya saat menerima buku “Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya” dari Drs. Asri Hadi. Pria yang dikenal ramah dan sederhana ini mengaku merasa perlu untuk membaca tentang sosok Bung Hatta.
Jamaluddin mengaku Bung Hatta adalah tokoh idolanya. Terutama dalam menjaga integritas dan kejujuran saat menjadi pemimpin bangsa ini.
Penyerahan buku oleh Pemred Asri Hadi diterima langsung oleh Dandim 0504/JS Kolonel Inf Jamaluddin itu berlangsung di Makodim 0504/JS, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (13/12/21) siang.
Saat menerima buku yang berisi tentang kesan dan pengalaman ketiga putri Mohammad Hatta atau yang akrab disapa Bung Hatta itu, kepada wartawan senior Asri Hadi, Kolonel Jamaluddin menyampaikan kekagumannya pada sosok sang Proklamator.
“Bung Hatta adalah sosok yang paling saya kagumi,” tutur Asri Hadi, yang juga dosen senior Institut Pemerintahaan Dalam Negeri (IPDN) menirukan kata-kata Kolonel Jamaluddin, Senin (13/12/21).
Sosok Kolonel Jamaluddin
Kolonel Inf Jamaluddin, S.I.P, secara resmi menjabat sebagai Komandan Distrik Militer Jakarta Selatan (Dandim 05/04 JS) di Makodim 0504/Jl. Cendrawasih Raya No 1, Jakarta Selatan pada Senin (19/7/2021) lalu.
Pria kelahiran Ujung Pandang, 5 November 1975 itu dilantik menggantikan pejabat lama Kolonel Inf Ucu Yustiana. Kolonel Jamaluddin dikenal sebagai sosok yang selalu terjun ke lapangan bersama anak buahnya dalam rangka TNI membantu rakyat.
Sebelumnya, Kolonel Inf Jamaluddin pernah menjabat sebagai Komandan Kodim 1401/Majene Kodam VII/WRB dan
Kepala Brigade Infanteri 7/Rimba Raya (Kasbrigif 7/Rimba Raya DAM I/BB.
Terakhir sebelum menduduki jabatannya sekarang, Kolonel Jamaluddin pernah dipercayakan menjadi Asisten Operasi (Asops) Kepala Divisi Infanteri 3/Kostrad (Asops Kasdivif 3 Kostrad).
Kolonel Jamaluddin merupakan anak dari Ayah Djamhuri dan ibu Lawiah. Ia menikah dengan Dali Asmita, S.PD dan dikarunia dua orang anak yakni Zaidan Fatahillah dan Atiqah Cendekia.
Kolonel Jamaluddin sosok perwira yang cemerlang dalam menjalankan tugas di institusinya TNI AD. Jamaluddin tercatat sukses dalam melaksanakan sejumlah operasi khusus di antaranya adalah operasi PAM Rahwan Ambon pada 1999 dan Ops PAM OBVITNAS Papua pada 2000.
Ia juga sukses melaksanakan Operasi PAM Rahwan Aceh pada 2002 dan Operasi Aceh pada 2004 serta Operasi Pamtas Papua pada 2005 dan 2010.
Atas dedikasinya berkarir di instutusi TNI, Kolonel Jamaluddin telah mendapatkan penghargaan di antaranya Satya Lencana Dharma Nusa hingga Satya Lencana Kesetiaan XVI Tahun.
Untuk diketahui, buku “Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya” mengambarkan Bung Hatta sebagai yang inspiratif. Bagi putrinya, Bung Hatta bagaikan lentera keluarga bagi tiga putrinya.
Ia menjadi penuntun, pembimbing, pelindung, sekaligus pendidik karakter yang tumbuh hingga saat ini. Bung Hatta yang ditulis sebagaimana adanya. Ada cerita lucu, gembira, bahkan cerita sedih.
?Beliau senang kalau saya berpakaian rapi dengan warna-warna yang menurut istilah sekarang, kinclong, sesuai pilihan Ibu. Namun, Ayah tidak pernah memuji saya dengan kata-kata berbunga?. Namun, kalau saya menunjukkan gambar yang saya buat dengan pensil berwarna, Ayah segera memuji saya. Ketika saya remaja, saya baru sadar bahwa pujian itu dimaksudkan Ayah agar saya terus mengembangkan kemampuan saya untuk menjadi lebih baik lagi.? tulis Meutia Farida Hatta.
?Pada tahun 1971, Ayah, Ibu, disertai Halida pergi berobat ke Negeri Belanda. Sekembali dari sana, Ayah memerintahkan Pak Wangsa Widjaja mengembalikan kelebihan dana sisa perjalanan yang diperolehnya itu ke negara melalui Sekretariat Negara?. Tidak terlintas di pikiran Ayah sedikit pun untuk menggunakan sisa uang untuk dirinya sendiri atau keluarganya,? tambah Gemala Rabi?ah Hatta.
?Dalam kesederhanaan hidup Ayah sebagai eks Wakil Presiden, Ayah tetap memakai standar internasional. Contohnya, untuk kegiatan korespondensi atau surat menyurat. Kertas surat dipesan selalu dari G. Lalo di Paris dengan cetakan nama Ayah: Mohammad Hatta di sisi kiri atas. Ini adalah sebuah prinsip bahwa seorang yang mempunyai status tertentu di dalam masyarakat, ia harus mengerti menjaga martabatnya? Di sisi lain, itu adalah untuk juga memberikan rasa hormat atau menghargai orang yang diberi surat?.? Demikian tulis Halida Nuriah Hatta. (tim)