Tidak hanya dari faktor efek ekor jas, kekuatan kualitas caleg yang diusung Golkar juga memberikan pengaruh terhadap meningkatnya suara partai tersebut dalam hitung cepat.
“Caleg mereka terkenal sebagai tokoh-tokoh yang memiliki daya tarik di dapilnya masing-masing. Mereka juga saya dengar sangat aktif menggarap dapilnya sejak lama. Apalagi, Pak Airlangga sebagai ketum juga aktif dalam menjaga dan mendukung kinerja para caleg tersebut. Jadi, tidak heran apabila kenaikan suara Golkar signifikan,” kata dia.
Sementara itu, terkait pengaruh capres Prabowo Subianto pada kenaikan suara Golkar, Ipang menyebut pengusungan Prabowo dengan Gibran dalam Pilpres 2024, memberikan penambahan suara, namun jumlahnya tidak sebesar efek ekor jas.
“Pasti ada pengaruh dari Prabowo karena mengusung, tapi Prabowo bukan milik Golkar, jadi otomatis Golkar tidak mendapatkan efek coat-tail tadi. Yang dapat suara pasti partai pemilik dari Prabowo,” ucapnya.
Berdasarkan hasil hitung cepat dari salah satu lembaga survei, yaitu Indikator Politik Indonesia, Golkar menempati posisi kedua tertinggi dengan perolehan suara 15,22 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan hasil Pileg 2019 yang mendapatkan 12,31 persen suara.
Partai tersebut juga diprediksi meningkat perolehan kursinya di Senayan menjadi 93-109 kursi dari sebelumnya pada 2019 sebanyak 85 kursi. (tim)