EDITOR.ID, Jakarta,- Pengamat militer dari Lembaga Kajian dan Strategi, Lemdik Phinterindo Dr Urbanisasi menilai Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono sangat layak untuk dipercaya Presiden Joko Widodo melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan TNI dari Marsekal Hadi Tjahjanto yang akan memasuki masa purna bhakti.
Alasan dasarnya? Dr Urbanisasi menyebut Laksamana Yudo Margono telah menunjukkan loyalitas dan prestasi luar biasanya kepada Presiden Joko Widodo. Pertama, prestasi dalam menghadapi pelanggaran kapal ikan asing dan kapal keamanan laut dari China yang memasuki perairan Natuna berhasil diusir dengan tegas oleh Laksamana Yudo Margono.
Kedua, ketika mendapat tugas dari Presiden Jokowi untuk menangani kedatangan warga negara Indonesia dari Wuhan yang saat itu menjadi epicentrum Covid-19. Laksamana Yudo Margono mampu bekerja cepat menyiapkan semua sarana dan prasarana kesehatan yang sangat berstandar internasional di Pulau Natuna.
“Dari kinerja beliau, saya membaca bahwa Pak Laksamana Yudo mampu menterjemahkan apa yang dimaui dari Bapak Presiden, mulai dari kebijakan menjaga kedaulatan laut kita dari kehadiran kapal-kapal asing hingga beliau juga berperan dalam menyiapkan kedatangan WNI asal Wuhan saat itu,” ujar Dr Urbanisasi di Jakarta.
Apalagi gaya kepemimpinan Laksamana Yudo Margono mirip dengan Presiden Joko Widodo. “Beliau saya nilai sebagai jenderal yang sangat aktif turun ke bawah, pak Yudo orang lapangan, ia selalu memantau kinerja anak buahnya, beliau sangat memperhatikan pergerakan di lapangan,” papar Urbanisasi.
Oleh sebab itu Urbanisasi memprediksi sangat besar peluang Yudo Margono menjadi Panglima TNI berikutnya. “Kans pak Laksamana Yudo Margono untuk menjadi Panglima TNI sangat kuat,” ujar staf Pengajar Universitas Tarumanagara ini.
Apalagi, lanjut Urbanisasi, berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, jabatan panglima TNI bisa atau dapat dijabat secara bergantian oleh perwira tinggi militer dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Saat ini, Panglima TNI, yaitu Marsekal Hadi Tjahjanto, berasal dari matra TNI Angkatan Udara. Jika melihat urutan, jabatan panglima TNI sebelumnya dijabat Jenderal (Purnawirawan) Gatot Noermantyo yang berasal dari matra TNI Angkatan Darat.
Jika merujuk pergantian berdasarkan giliran berikutnya, maka jabatan panglima TNI seharusnya berasal dari matra TNI AL.
Selain itu, Urbanisasi juga memperhitungkan masa usia dinas Yudo yang lebih panjang. “Masa dinas aktif Yudo (55 tahun) lebih panjang setahun dari Andika (KSAD Jenderal Andika Perkasa yang berusia 56 tahun),” kata dia.
Satu-satunya peluang Jenderal Andika Perkasa agar bisa mengemban posisi orang nomor satu di tubuh TNI jika Presiden Joko Widodo mengganti Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto pertengahan tahun ini.
Alasannya, kata dia, karena Hadi Tjahjanto baru akan memasuki masa pensiun menjelang akhir tahun depan atau ketika Andika Perkasa memasuki usia 57 tahun.
Dengan begitu, lulusan akademi militer (akmil) 1987 tersebut hanya memiliki waktu satu tahun untuk menduduki posisi tersebut sebelum dirinya memasuki masa pensiun (58 tahun). Jika pergantian Panglima TNI dilakukan setelah pertengahan 2021, KSAD Andika akan berusia 58 tahun atau juga memasuki usia pensiun.
?Artinya kira-kira hanya akan menjabat kurang lebih setahunan, jika beliau baru diangkat menjadi Panglima TNI pada November 2021 atau di usia 57 tahun. Masa jabatan yang terlalu singkat akan berdampak kurang bagus untuk organisasi,? jelasnya.
Selain itu, lanjut Urbanisasi, Yudo Margono punya pengalaman panjang menahkodai kapal perang dan memimpin kawasan teritorial. “Hal ini menggambarkan sosok beliau seorang jenderal profesional, prajurit sejati yang kariernya ditempa benar-benar dari bawah dan memahami tentang kemiliteran dan ketentaraan,” papar Urbanisasi
Urbanisasi menyebut Yudo Margono punya pengalaman tujuh kali menjadi komandan Kapal Perang TNI-AL mulai dari kapal patroli, hingga kapal frigate. Dan dalam sejarah tidak banyak perwira tinggi (pati) TNI AL yang pernah menjadi Komandan KRI sebanyak 7 kali.
Alumni Akademi Angkatan Laut (AAL) 1988 itu juga menjadi Panglima sebanyak 3 kali, yakni Panglima Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Panglima Komando Angkatan Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) dan Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) l.
“Sungguh prestasi jenjang jabatan yang mendekati sempurna,” ujar Urbanisasi.
Urbanisasi menyatakan, pendidikan yang ditempuh Yudo juga terbilang lengkap mulai dari Pendidikan Lanjutan Perwira (Diklapa), Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal), Sekolah Staf Komando (Sesko) TNI dan Lembaga Ketahanan (Lemhannas). Laksamana TNI Yudo Margono juga memiliki pengalaman mengikuti berbagai latihan gabungan di dalam negeri dan latihan bersama di luar negeri.
?Kalau dilihat dari sisi pengalaman menjaga kedaulatan NKRI, Pak Laksamana Yudo saya kira kemampuannya berada di atas rata-rata,? ujar Urbanisasi.
Meski begitu, lanjut Urbanisasi soal keputusan pemilihan Panglima TNI baru ini tetap dikembalikan ke tangan Presiden Jokowi sebagai Panglima tertinggi. Namun Urbanisasi melihat Laksamana Yudo Margono lebih bisa menterjemahkan dan membaca apa yang menjadi keinginan dari Presiden Jokowi mengenai postur tentara masa depan.
Sosok Panglima TNI nantinya, menurut Urbanisasi, harus mampu membangun sinergi antara ketiga matra TNI dengan Kementerian Pertahanan serta Menteri Pertahanan.
Berikut profil dan biodata Laksamana TNI Yudo Margono yang berpeluang jadi Panglima TNI.
Sosok Laksamana TNI Yudo Margono saat ini dikenal sebagai Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL). Laksamana Yudo Margono merupakan alumnus Akademi Angkatan Laut angkatan ke-XXXIII/tahun 1988.
Yudo menjabat sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Pangkogabwilhan I) sejak 24 September 2019. Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I atau Kogabwilhan I adalah komando utama operasi Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Kogabwilhan I merupakan satuan baru yang langsung berada di bawah komando Panglima TNI. Markas Kogabwilhan I berada di Jalan MT Haryono Km 3,5 Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
Yudo juga sempat menjabat sebagai Panglima Komando Armada 1. Laksamana Madya Yudo Margono lahir di Madiun, Jawa Timur, 26 November 1965.
Melansir dari Wikipedia, berikut pendidikan militer Laksamana Madya Yudo Margono :
- AAL (1988)
- Kursus Korbantem (1989)
- Kursus Perencanaan Operasi Amphibi (1990)
- Kursus Pariksa (1992)
- Dikspespa/Kom Angkatan 6 (1992/1993)
- Diklapa ll/Koum Angkatan 11 (1997/1998)
- Seskoal A-40 (2003)
- Sesko TNI A-38 (2011)
- Lemhannas Rl PPRA A-52 (2014)
Karier militer :
- Asisten Perwira Divisi (Aspadiv) Senjata Artileri Rudal di KRI YNS 332 (1988)
- Kadep Ops KRI Ki Hajar Dewantara 364
- Palaksa KRI Fatahillah 361
- Komandan KRI Pandrong 801
- Komandan KRI Sutanto 877
- Komandan KRI Ahmad Yani 351
- Komandan Lanal Tual (2004?2008)
- Komandan Lanal Sorong (2008?2010)
- Komandan Satkat Koarmatim (2010?2011)
- Komandan Satkor Koarmatim (2011?2012)
- Komandan Kolat Armabar (2012?2014)
- Paban II Opslat Sops Mabesal (2014?2015)
- Komandan Lantamal I Belawan (2015?2016)
- Kepala Staf Koarmabar (2016?2017)
- Pangkolinlamil[1][2][3] (2017?2018)
- Pangarmabar (2018)
- Pangarmada I (2018?2019)
- Pangkogabwilhan I (2019?2020)
- Kasal (mulai 2020 – ) (tim)