“Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia telah melihatku secara nyata, karena sesungguhnya syaithan tidak dapat menyerupaikuâ€.
Hadis ketiga diriwayatkan oleh Thariq bin Asyim RA, Rasulullah Saw bersabda,
ﻣﻦ ïºïºƒï»§ï»° ﻓﻰ ïºï»Ÿï»¤ï»¨ïºŽï»¡ ﻓﻘﺪ ïºïºƒï»§ï»°
Dalam hadis lain disebutkan,
ﻣﻦ ïºïºƒï»§ï»° ﻓﻰ ïºï»Ÿï»¤ï»¨ïºŽï»¡ ﻓﺴﻴﺮïºï»§ï»° ﻓﻰ ïºï»Ÿï»´ï»˜ï»ˆïº” ï»ï»» ﻳﺘﻤﺜﻞ ﺑﻲ
“Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan terjaga, dan Syaithan tidak dapat menyerupaiku.
Menurut ulama, hadis ini berlaku secara umum, baik dahulu ketika Rasulullah saw masih hidup, maupun saat ini, ketika Rasulullah saw sudah wafat. Lalu apakah ini berlaku bagi mukmin ahli maksiat yang bermimpi melihat Nabi Saw? Menurut ulama, berlaku secara umum baik yang bermimpi orang yang taat maupun mukmin yang tidak taat.
Mukmin yang tidak taat yang bermimpi bertemu Nabi saw menjadi pertanda ia akan mendapatkan petunjuk untuk melakukan ketaatan. Nabi Saw bersabda, “kalian yang akan dimasukan kedalam surga, akan diberi taufiq untuk beramal baik, meskipun hanya tinggal selangkah lagi ke neraka.
Hadis-hadis ini menjadi kabar baik dari Nabi saw untuk umatnya diakhir zaman.
Sebagaimana disampaikan Nabi Muhammad SAW, diakhir zaman kelak ada umatnya yang secara suka cita mengeluarkan sedekah, dan beramal kebaikan dengan harapan bisa bertemu Nabi SAW. Nah, hadis-hadis tadi menjadi pelipur lara bagi umat yang ingin melihat Nabi. Dan Nabi menyatakan, bahwa mereka yang melihat Nabi dalam mimpi, akan berjumpa dengan Nabi dalam keadaan terjaga.
Dikisahkan suatu ketika, Ibn Abbas bermimpi bertemu Nabi, Ibn Abbas ingat sabda Nabi tentang orang yang melihat Nabi dalam mimpi. Kemudian Ibn Abbas menceritakan mimpinya kepada Shafiyah istri Nabi saw. Shafiyah memberikan jubah dan cermin yang pernah digunakan Nabi Saw. Pada saat Ibn Abbas bercermin, yang Nampak dalam cermin adalah wajah Nabi Saw, bukan wajahnyaâ€.
Habib Luthfi menambahkan, melihat Nabi secara langsung bisa dengan dua kondisi, bisa dengan yaqdztan, bisa dengan thariq kasyf.
Melihat Nabi dengan thariq kasyf, terjadi seketika, seperti saat berhadapan dengan orang lain, saudara, guru, atau orang lainnya, tiba-tiba yang tampak dari wajah orang lain itu adalah wajah mulia Nabi SAW. Seperti kasus, Ibn Abbas bercermin dengan cermin Nabi SAW, akan tetapi yang tampak dalam cermin bukan wajah ibn Abbas melainkan wajah mulia Nabi Muhammad saw.
Terakhir Maulana Habib Luthfi mengatakan, untuk menjaga hubungan dengan Nabi saw adalah dengan memperbanyak shalawat kepada Nabi. Dan shalawat adalah tali silaturahim kita kepada Rasulullah Saw. (tim)