EDITOR.ID, Jakarta,- Disaat kita menghadapi masalah ekonomi sulit, tekanan hidup serta ditimpa masalah terus menerus. Namun kita justru ikhlas membantu orang dengan bersedekah. Disitulah kita diuji apakah kita percaya bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang menjadi beban masalah kita.
Dan kita sangat yakin Allah SWT yang Maha Penolong akan memberikan ganjaran Nya yang beribu kali lipat dari harta yang kita sedekahkan. Ga percaya. Ayo dicoba..
Dengan bersedekah, kita akan dilapangkan dari hal-hal yang sempit dan dimudahkan dari hal-hal yang sulit.
Ketika kita mengulurkan tangan kita untuk bersedekah kepada saudara yang membutuhkan, jangan sekali-kali kita berdoa agar mendapatkan balasan yang berlipat. Sebab tanpa kita meminta, Allah Maha Tahu apa yang kita butuhkan
Sebagian orang pasti akan berpendapat bahwa berbagi merupakan kegiatan memberikan sebagian kecil apa yang kita miliki kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Lalu apakah berbagi ini harus berupa uang ataupun sejumlah materi?
Tentu saja jawabannya tidak. Berbagi disini banyak jenisnya, entah itu berupa barang, uang, bahan makanan, ilmu, senyum atau apapun itu yang bisa meringankan beban yang dimiliki oleh orang lain.
Banyak orang yang mengatakan bahwa berbagi membuat hati mereka lebih lega dan perasaan mereka diliputi oleh kebahagiaan, meskipun pada kenyataannya dengan berbagi maka apa yang kita miliki akan berkurang jumlahnya.
Berkurang jumlahnya? Benarkah demikian?
Secara matematis memang ketika kita mengeluarkan sebagian harta kita untuk bersedekah, maka akan berkurang pula apa yang kita miliki. Namun Allah menjanjikan kepada setiap makhluk nya akan ada rejeki berlebih jika mereka mampu menafkahkan sebagian hartanya dengan ikhlas bagi mereka yang membutuhkan. Seperti yang tertulis dalam beberapa ayat Al Qur’an sebagai berikut:
?Jika kalian meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan (pembalasannya) kepada kalian dan mengampuni kalian. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun?. (QS. At-Taghabun: 17)
Dalam ayat lain, Allah mempertegas hal ini:
?Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.? (QS. Al Baqarah: 245)
Bahkan sungguh dahsyat, Allah akan melipatgandakan ganjaran sedekah hingga ratusan kali lipat.
?Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.? (QS. Al Baqarah: 261)
Dari 3 ayat suci diatas bisa kita simpulkan bahwa jika memang kita menyedekahkan sebagian harta kita, maka Allah akan memberikan ganti yang berlipat ganda. Namun beberapa tahun yang lalu, ibu pernah berpesan kepada ku bahwa “Boleh kamu sedekahkan hartamu tapi jangan pernah meminta imbalan yang berlipat ganda kepada Allah”
Kemudian saya pun bertanya-tanya, apa maksud dari perkataan ibu. Ternyata beliau menjelaskan bahwa “Ketika kamu bersedekah, kemudian niatmu hanya untuk meminta imbalan, maka tak ada bedanya kamu dengan seorang rentenir. Sedekah bukan hanya tentang kamu memberi kemudian diganti, tapi lebih kepada keikhlasan kamu ketika kamu memberi”
Sampai disini saya memahami bahwa yang dicari ketika kita bersedekah itu tak hanya sekedar materi yang dilipatgandakan, namun tentang kebahagiaan yang tak bisa diukur secara matematis.
Ibu selalu berkata “Bersedekahlah, maka Allah akan melapangkan yang sempit. Melancarkan urusan yang sedang tersendat. Dan membahagiakan ketika kamu sedang kecewa”
Sedekah Itu Melapangkan yang Sempit dan Memudahkan yang Sulit
Seperti beberapa waktu yang lalu (sebelum pandemi virus Corona ini meresahkan Negara Indonesia) ada sanak saudara yang datang ke rumah untuk meminjam sejumlah uang guna membayar sekolah anaknya. Tidak sedikit memang jumlahnya, karena jika ditotal hasilnya sama dengan satu kali gaji ku mengajar di sekolah selama satu setengah bulan.
Waktu itu ibu hanya diam karena memang tidak ada cadangan uang yang kami simpan. Sedangkan aku hanya meringis, menyetujui apa yang saat itu dirasakan oleh ibu. Aku bilang bahwa waktu itu aku belum gajian, tunggu sampe pertengahan bulan.
Akhirnya pertengahan bulan datang, saudara kembali datang untuk meminjam uang. Waktu itu kebetulan memang TS sudah gajian. Karena memang di awal bulan Sudah berjanji, maka uang gajian selama satu bulan ditambah pinjaman dari koprasi TS berikan kepada beliau.
Tak ada keraguan ketika memberikan uang tersebut, karena TS selalu ingat kata-kata ibu bahwa “Allah akan meringankan beban orang yang ikhlas membantu sesama, melapangkan yang sempit dan memudahkan yang sulit.”
“Mbak Ki, uangnya nanti tak kembalikan besok ya setelah lebaran”
Aku pun tersenyum kemudian menjawab “Bawa aja tante, gak usah mikirin kembaliin kapan. Yang penting si adek bisa lanjut sekolah”
Malam setelah saudara pulang, tiba-tiba ada wa dari kepala sekolah bahwa mulai senin depan sekolah diliburkan akibat pandemi virus Corona. Tidak sampai disitu saja, les privat juga ikut diliburkan, ekstrakurikuler berhenti total, dan karena UN dihapuskan otomatis ikhtiar kami membantu anak didik belajar juga berhenti sampai disini.
Sedih? Iya…………..Khawatir? Jelas iya………….Pusing? Apalagi ini, jelaslah pusing
Dengan perasaan khawatir dan kepala sedikit pusing, senin pagi TS berangkat ke sekolah untuk rapat koordinasi terkait pembelajaran selama pandemi Covid-19. Tidak disangka, hal ajaib itu muncul.
Tiba-tiba sepulang dari sekolah, yayasan memberi kami 1 karung beras, mie instan 1 kardus, minyak goreng 2 liter, gula pasir 2 kg, dan sejumlah uang yang cukup jika dipergunakan untuk bertahan hidup selama 2 minggu. Alhamdulillah
Tidak berhenti sampai disitu saja, sumbangan sembako datang bertubi-tubi untuk keluarga kami entah itu beras 2 kg, mie instan 10 biji, minyak goreng beberapa gelas, atau bahan lain yang bisa kami gunakan untuk bertahan selama pandemi Corona ini.
Alhamdulillah di tengah pandemi seperti ini masih banyak orang yang berhati mulia memberi kami sembako.
Dari sini, kita bisa belajar bahwa ikhlas itu tak akan membuat kita menjadi sengsara. Ada banyak hal yang Allah berikan untuk menolong hambanya yang sedang dalam kesusahan. (tim)