Halmahera Tengah Maluku Utara, EDITOR.ID – Bencana alam banjir bandang menerjang kawasan industri pertambangan nikel di Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara (Malut) memicu kepanikan karyawan PT. IWIP di Desa Lelilef, Kecamatan Weda Tengah, Rabu (13/09/2023).
Banjir bandang terjadi, setelah wilayah Kabupaten Halmahera Tengah diguyur hujan sangat deras selama 5 jam dengan intensitas curah hujan sangat tinggi.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku Utara (Malut) melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) sebenarnya telah resmi menerbitkan surat rekomendasi kepada lima perusahaan tambang yang beroperasi di Halmahera Tengah
Surat rekomendasi ini diberikan dalam konteks dugaan pencemaran Sungai Sagea yang telah memicu protes dari berbagai pihak.
Dalam surat rekomendasi tersebut dengan nomor 600.4.5.3/1120/LH.3/IX/2023, DLH Malut mendesak agar sejumlah perusahaan tambang menghentikan operasinya di Wilayah Sagea, Weda Utara, Halmahera Tengah.
Kelima perusahaan yang terpengaruh oleh rekomendasi ini adalah PT. Weda Bay Nikel, PT Halmahera Sukses Mineral, PT Tekindo Energi, PT Karunia Sagea Mineral, dan PT Fris Pasific Mining.
“Kami mengindikasikan adanya dugaan pencemaran lingkungan, seperti perubahan tingkat kekeruhan dan sedimentasi di aliran Sungai Sagea, yang berkaitan dengan aktivitas pertambangan,” kata Kepala DLH Malut, Fachruddin Tukuboya, pada Senin, 4 September 2023.
Bencana Banjir Bandang
Bencana alam di Malut mengakibatkan sampah dan kotoran tinja bersilewaran terbawa arus. Alat berat dan kendaraan beroda empat milik perusahaan pun tergenang.
Kepala BPBD Halmahera Tengah, Rais Musa membenarkan — mengatakan, tak hanya di kawasan Industri, banjir juga terjadi di Kota Weda dan sekitarnya. Di mana saluran air meluap hingga ke permukaan permukiman warga.
“Iya benar, saya barusan dapat laporan di kawasan Industri pertambangan banjir, di Kota Weda juga pak air meluap ke permukiman warga,” ungkapnya.
Berdasarkan video yang beredar seperti akun Facebook @Husen Ismail Husen pada Rabu 13 September 2023 mengunggah beberapa video banjir yang terjadi di dalam kawasan pertambang IWIP.
Sejumlah kendaraan dan menghanyutkan sebuah ekskavator alat berat terbawa arus di kawasan industri pertambangan, sejumlah jalan hooling dan peparkiran tergenang air setinggi perut orang dewasa.
Luapan air akibat hujan yang mengguyur wilayah ini selama lima jam merendam permukiman warga di kota Weda,
Tidak ada laporan korban jiwa, namun aktivitas warga terganggu, karena akses jalan terputus akibat terendam air.
Bencana banjir bandang 13 September 2023 di Malut telah mengukir sejarah terburuk sepanjang masa investasi asing di Indonesia.
Pemerintah provinsi Malut dan kabupaten Halmahera Tengah mengakui realita banjir di wilayah lingkar perusahaan iIwip, banjirnya mengaliri ke jalan propinsi menjadi akses aktifitas dan rutinitas masyarakat, hal tersebut perlu dikaji lebih spesifik.
Air banjir bercampur limbah pertambangan nikel, dari hutan Halmahera Tengah di sebabkan pembabatan hutan, hutan gunung semestinya sebagai penyimpanan kini telah gundul rata dengan tanah.
Eksplorasi pertambangan nikel di Malut terindikasi penyebab bencana banjir, kepada DLH Malut, Pemda halteng, DLH halteng agar mengkaji ulang kebijakan agar tidak merugikan lingkungan hidup masyarakat dilingkaran pertambangan nikel.
Diharapkan Pemprov mengevaluasi terkait aktifitas perusahaan IWIP. dan DLH menindak tegas aktifitas perusahaan yang tidak patuh disinyalir melanggar ketentuan lingkungan hidup.
Agar Pemprov Malut tidak menjadi dalang dari perampasan ruang hidup, bencana banjir, diakibatkan oleh kerusakan lingkungan hidup karena adanya pertambangan. ***