“Justru saya melihat warga terdampak kalau nggak ditolong, Pemprov DKI ‘membiarkan masyarakat terancam banjir’. Nah keberanian gubernur yang saya belum lihat, misal Cipinang Melayu mau diapain, daerah bantaran kali mau diapakan,” kata dia.
“Pertanyaannya adalah, sebagai seorang gubernur, mau ngapain? Enggak sekedar bersihkan lumpur. Tapi langkah konkret yang perlu keberanian. Bongkar saluran air, saluran air dibersihkan,” imbuh Nirwono
Menurutnya, yang ada sekarang, Pemprov DKI dan pemerintah pusat malah fokus pada Formula E dan revitalisasi Monas.
“Ini harusnya fokus totalitas DKI ngurus banjir dulu. Ini yang kita harapkan apalagi ini merupakan ibu kota negara, artinya tempat vital negara seperti di Halim, RSCM itu harus jadi prioritas. Kalau kita bicara RSCM harusnya itu tidak terjadi, tidak ada alasan,” kata Nirwono.
Dia pun meminta gubernur, sekda, dan jajaran pemprov DKI fokus ke penanganan ke banjir. Kemudian mengecek lagi pompa air, baik permanen maupun mobile apakah siaga atau tidak. Supaya energi tidak hanya untuk polemik revitalisasi Monas dan Formula E.
Aliran sungai di Jakarta, lanjut Nirwono, perlu adanya pengerukan dan pelebaran terutama di kawasan yang sering banjir. Perlu juga membangun waduk atau buatan untuk menampung luapan air.
“Kalau kita bicara banjir di jalan, maka bisa dipastikan itu saluran air di kota kita yang tidak berfungsi optimal. Saluran air kita hanya 33 persen yang berfungsi, 67 saluran air tidak berfungsi, mulai dari isinya sampah, lumpur, kabel kabel tumpang tindih. Nah pertanyaannya, dibersihkan atau tidak, lalu dibersihkan pada saat musim kemarau apa sekarang, ini menjadi evaluasi,” sambungnya.
Nirwono mengatakan, di Cipinang Melayu, daerah banjir dekat Kali Ciliwung, tidak hanya cukup dilakukan bersih-bersih lumpur, tapi bagaiman rencana pelebaran sungainya, pengerukan, relokasi warga, hingga naturalisasi atau normalisasi.
“Harus ada ketegasan bahwa sungai harus dilebarkan, keberanian ini yang saya enggak lihat. Bahwa ini nanti ada program jelas nanti akan dilebarkan, sosialisasi ke warga terdampak, direlokasi ke rusunawa di mana, dan kapan ada prosesnya. Ini nggak kita lihat dari Januari sampai sekarang,” kata dia.
Nirwono pun menilai, banjir yang terjadi karena tidak ada keseriusan mengatasi banjir sejak Januari 2020. Sumur resapan air dan biopori dinilainya tidak banyak berpengaruh mengatasi Jakarta.