“Secara elektoral, coat tail effect Ganjar ternyata tak sekuat Jokowi effect. Sehingga PDI-P balik badan agar tidak semakin ditinggalkan pendukung-relawan Jokowi yang perlahan bermigrasi ke Gerindra atau memilih Prabowo Gibran jika negative campaign terus dilakukan,” ujar Agung Baskoro sebagaimana dilansir dari Kompas.com pada Minggu (17/12/2023).
Menurut Agung, efek ekor jas Jokowi bukan persoalan tentang elektabilitas pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang masih tinggi, akan tetapi lebih kepada persepsi masyarakat atas kinerja pemerintahan saat ini.
Korelasi coctail effect Jokowi terhadap PDIP terlihat di Pilpres 2019 silam dimana Jokowi menang sebagai Presiden. Jokowi menang di 44 dari 80 dapil DPR RI. 61,36 persen kemenangan Jokowi adalah di daerah dengan basis massa PDIP sangat besar, besar, dan cukup besar.
Kemenangan Jokowi di 2019 terbanyak ialah di dapil DPR RI dengan perolehan suara terbanyak untuk PDIP.
Dengan kata lain, elektabilitas Jokowi saat itu menjadi penyumbang terbesar atau memberikan coattail effect yang baik terhadap PDIP.
Secara total, elektabilitas Jokowi membuat PDIP mendapatkan suara cukup besar, besar, dan sangat besar di 40 dapil DPR RI. Hanya 4 dapil dimana Jokowi menang, yang tidak memberikan perolehan suara besar untuk PDIP, melainkan partai-partai pengusung lain, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai NasDem, dan Partai Golongan Karya (Golkar).
Data ini menunjukkan bahwa coattail effect paslon Jokowi terhadap PDIP cukup signifikan. Pemilih yang memilih Jokowi pasti memilih PDIP di Pemilu DPR RI. (tim)