Jakarta, EDITOR.ID,- Hubungan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDIP) mulai pecah kongsi. Setelah beberapa kali elit politik PDIP mulai menyerang Jokowi dengan berbagai narasi negatif. Hal tersebut terjadi pasca putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menjadi Calon Wakil Presiden Capres Prabowo Subianto. PDIP pun mulai menjauh dari pengaruh Jokowi.
PDIP mengusung Ganjar Pranowo kadernya sebagai Capres. Mampukah figur Ganjar mendongkrak perolehan suara PDIP di Pileg 2024? Mampukah Ganjar menjadi efek ekor jas (coat tail effect) tanpa pengaruh dan kharisma Jokowi?
Bagaimana nasib PDIP tanpa Jokowi di Pemilu 2024?
Founder Sambas Sinergy yang juga Wakil Ketua Umum Sedulur Jokowi, Khairil Hamzah menyebut Jokowi adalah sosok paling berpengaruh di mata 280 juta rakyat Indonesia. Sebagai pemimpin selama 10 tahun, kepemimpinan Jokowi sangat dirasakan dan memberikan kepuasan bagi 80 persen pendapat rakyat.
“Hal ini tentu yang menjadi dasar bahwa Pak Jokowi adalah magnet PDIP, boleh saya katakan diatas 25 persen keberhasilan PDIP meraup suara berkat pengaruh pak Jokowi,” ujarnya di Jakarta.
Menurut Khairil Hamzah dari sejumlah lembaga survei menyebut pengaruh Jokowi meraih simpatik publik dan menaikkan suara rakyat jauh lebih besar ketimbang Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Dalam survei yang dilakukan Indikator menyebutkan ada 23,9% responden memilih PDIP karena menyukai Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sementara 2,2% menyukai Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Psikologi pemilih yang dianggap akan memilih partai politik pengusung presiden inilah yang disebut dengan istilah coattail effect.
Popularitas atau elektabilitas calon presiden dinilai dapat mendongkrak perolehan suara partai politik pengusung calon presiden. Namun, jika calon presiden tak memiliki elektabilitas yang tinggi, hal tersebut juga berpengaruh terhadap minimnya perolehan suara partai politik pengusung.
Hal senada diungkapkan mantan Menteri Keuangan RI Fuad Bawazier. Mantan politisi Partai PAN ini bahkan memuji kecerdikan Jokowi yang kini membuat partai banteng moncong putih itu tidak ada apa-apanya lagi di tahun politik ini.
“Masih terngiang-ngiang di telinga kita ketika Ibu Megawati mengatakan “Jokowi tidak ada apa apanya (tanpa dukungan PDIP)”. Dan publik sepertinya percaya saja pada pernyataan itu, bahwa Jokowi itu tidak ada apa apanya tanpa dukungan PDIP,” kata Fuad Bawazier sebagaimana dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (31/12).
“Jokowi hanyalah seorang petugas partai, meskipun dia sudah nyata nyata seorang presiden. Pernyataan itu oleh sebagian besar rakyat dinilai telah melecehkan terhadap jabatan presiden,” jelasnya.