EDITOR.ID, Yogyakarta,- Salah satu kuliner khas Yogyakarta dan banyak dicari oleh wisatawan adalah jajanan pasar. Untuk mengicipi jajanan pasar ini, para wisatawan harus menyiapkan diri bangun pagi. Pasalnya jajanan pasar seperti lupis, cenil, gatot, tiwul dan sejenisnya ini lazim dijajakan pada pagi hari.
Salah seorang penjual jajan pasar di Yogyakarta yang terkenal adalah Mbah Satinem. Perempuan berusia 75 tahun ini biasa berjualan di pertigaan ujung Jalan Bumijo berbatasan dengan Jalan Diponegoro, setiap harinya ia buka mulai jam 6 sampai sekitar jam 8 pagi. Mbah Satinem biasanya berjualan dengan ditemani oleh putrinya, Mukinem (45).
Mbah Satinem adalah sosok perempuan yang setia menjalani profesi berjualan puluhan tahun melayani warga Yogya. Pagi hari ia menyajikan kue jajanan pasar khas seperti Thiwul, Ketan, Lopis, Chenil dan Gatot. Mbah Satinem sudah berjualan kue lupis sejak masih gadis, hingga kini ia berusia 75 tahun.
Ibu lima putra ini bertempat tinggal di daerah Trihanggo, Jalan Godean. Mbah Satinem telah berjualan lupis sejak tahun 1963. “Kit tasih piyambak†(sejak masih sendiri) kata Satinem.
Mbah Satinem biasa membuka lapak dagangannya di pinggir jalan sekitar pukul 06.00 WIB. Sebelum Mbah Satinem membuka dagangannya, para pembelinya sudah mengantre. Begitu semua dagangan sudah disiapkan para pembeli pun dilayani satu persatu. Dagangan Mbah Satinem ini tak perlu menunggu waktu lama langsung ludes dibeli.
“Tutup kalau dagangan sudah habis. Biasanya habis sekitar pukul 07.30 WIB. Tapi kadang ya jam 08.00 WIB baru tutup. Itu saja masih banyak pembeli yang kecele karena dagangan saya sudah habis,” terang Mbah Satinem.
Sudah sejak tahun 1963 Mbah Satinem berjualan jajan pasar. Jajan pasar hasil olahan tangan Mbah Satinem ini dibuat menggunakan resep turun menurun dari ibunya. Mbah Satinem mengetahui resep membuat jajan pasar ini karena semasa kecilnya kerap membantu untuk membuat dan menjual jajan pasar bersama ibunya.
“Awalnya tahun 1963 itu saya jualannya keliling jalan kaki. Berangkat dari rumah jam 04.00 WIB. Lalu jalan kaki dengan dagangan saya gendong. Jualannya di sekitar Kota Yogyakarta saja. Baru pulang keliling sore hari,” kenang Mbah Satinem.
Setelah berjualan jajan pasar dengan berkeliling, Mbah Satinem pun memutuskan untuk berjualan dengan cara menetap. Mbah Satinem pun kemudian berjualan di lokasinya saat ini.
“Sekitar tahun 80-an saya pindah jualan di emper ruko ini. Dulu kalau jualan juga masih jalan kaki dari Trihanggo ke sini. Tapi sekarang sudah gak kuat jalan jauh. Jadinya diantar oleh anak saya kalau jualan,” tutur Mbah Satinem.