Sewaktu DI dituduh terlibat korupsi, sebuah media online yang tidak terkait dengan jaringan medianya, melakukan penelitian. Tentang bagaimana harian “Jawa Pos” serta lusinan media cetak miliknya memberitakan perkaranya.
Substansinya adalah publik Indonesia, masyarakat Jawa Timur khususnya, rata-rata tidak percaya atas tuduhan korupsi yang dialamatkan kepada DI. Mereka sebaliknya curiga bahwa tuduhan korupsi terhadapnya dipaksakan.
Masyarakat madani yang sudah terlanjur berempati kepada DI, tidak melihat adanya aura dan sifat koruptif dari lelaki berbadan kurus yang kesederhanaan penampilannya mirip-mirip Presiden Joko Widodo.
Gara-gara tuduhan korupsi itu, DI ditangkap petugas penegak hukum lalu menjebloskannya ke dalam penjara.
DI akhirnya mendapatkan keringanan. DI yang menderita penyakit kronis – salah satu ginjalnya sudah diganti dengan milik orang lain, diizinkan oleh pengadilan untuk menjalani pengobatan. DI diizinkan tinggal di luar penjara dengan status tahanan kota.
Masyarakat yang curiga atau tidak percaya atas tuduhan korupsi terhadap DI, ingin memprotes. Tapi mereka hanya bisa bergumam dan bergerutu di dalam ruang terbatas.
Akan tetapi gumaman dan gerutuan mereka ternyata tetap bergema keluar. Para hakim yang menyidangkan perkaranya, mendengar. Hasilnya, Pengadilan Tinggi Surabaya dalam sidangnya terakhir, mengabulkan permintaan DI agar dia dibebaskan dari segala tuduhan.
Pembebasan yang menjadi konsumsi media sejak Senin 4 September 2017 disambut dengan rasa suka cita oleh para sahabat dan tentu saja terutama keluarganya.
DI pun pada hari itu juga menjamu makan siang seorang sahabat lama yang dulunya miskin, tapi kini sudah menjadi salah seorang kaya raya di Jawa Timur.
DI, 66 tahun, melakukan “syukuran” dengan cara sederhana seperti itu, sebab sejatinya, DI sebagai seorang konglomerat, sebelumnya, pada usianya di bawah 30 tahun, merupakan seorang ‘konglomelarat’.
Akan tetapi bukan sambutan itu saja peristiwa menarik. Hal lainnya yang menarik sekaligus menunjukkan bahwa DI seorang tokoh populer berpengaruh dan kharismatik, terlihat dari sambutan masyarakat madani dan pluralistis.
Saat saya bertamu ke kediamannya Kamis 7 September 2017, di luar rumahnya terparkir sejumlah mobil dan motor miliki para tetamunya. Mereka dari kalangan orang yang berstatus sosial yang cukup tinggi, sampai yang tergolong tak punya status.
Di sana masih ada Papan Kembang kiriman AM Hendropriyono, mantan Kepala BIN dan Ketua PKPI. Yang menyambut kebebasan DI.