Asri Hadi Dapat Kado Istimewa Buku Tentang Sosok Buya Syafii Maarif dari Penulisnya, Utami Dewi

Buku ini pada Sabtu (1/6/2024) bertepatan dengan Hari Peringatan Kelahiran Pancasila dilaunching oleh sang penulisnya di Kafe dan Galery Buku, Nathan di bilangan Jalan Cisanggiri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Acara launching dihadiri banyak tokoh diantaranya pengamat politik UI Fachri Ali, wartawan senior Nasir Tamara.

Ketua Dewan Redaksi EDITOR.ID, Asri Hadi juga berkesempatan ikut menghadiri bedah buku Buya Ahmad Syafii Maarif yang ditulis dan testimoni Syaefudin Simon dan Swary Utami Dewi. Asri Hadi mendapat hadiah buku Buya Syafii Maarif yang langsung ditandatangani oleh penulisnya Swary Utami Dewi.

“Saya menyampaikan ucapan selamat kepada penulis buku yakni Ibu Utami Dewi dan mas Syaefudin yang telah meluangkan waktu berbulan-bulan untuk merangkum, menyusun dan mendiskripsikan kembali sosok Buya Syafii, tokoh yang sangat dikagumi banyak orang,” kata Asri Hadi.

Buku karya Utami Dewi dan Syaefuddin Simon ini dimata Asri Hadi sangat bagus sekali. “Semoga buku ini bisa menginspirasi para generasi muda bahwa Indonesia pernah memiliki tokoh besar Buya Ahmad Syafii Maarif yang sangat dikenang. Banyak pesan moral yang menyentuh dari sosok yang penuh kesederhanaan ini,” pungkas Asri Hadi.

Asri Hadi Bersama Nasir Tamara Wartawan Senior (Kiri). Asri Hadi Bertemu Teman Lamanya Sesama FE UI 77 Laksmi

Sehari sebelum melaunching bukunya atau tepatnya saat Buya Syafii Ulang Tahun atau Haul, Swary Utami Dewi sempat membuat surat terbuka untuk mengenang Almarhum Buya Syafii Maarif. Berikut isinya :

Assalamualaikum. Buya, hari ini, 31 Mei 2024. Seharusnya Buya berulang tahun ke-89. Tapi dua tahun lalu, 27 Mei 2022, Buya sudah berpulang kembali ke Allah, Sang Pemilik Sejati Kehidupan.

Biasanya setiap Buya ulang tahun, aku akan mengirim pesan singkat ke Buya. Nomor WhatsApp (WA) Buya 0811xxxx42 masih ada di handphone-ku; Nomor yang selama bertahun-tahun sejak pertengahan 2000 kerap kusapa. Salah satunya jika Buya ulang tahun. Ini tahun ketiga aku tidak lagi mengirim ucapan ulang tahun ke Buya: 2022, 2023 dan 2024. Kan, Buya sudah bersama Allah. Istilah Mas Komaruddin Hidayat, Buya sudah “pulang kampung”.

Buya semoga masih ingat jika saat-saat tertentu saat aku resah melihat kondisi negeri, aku mengirim WA ke Buya. Sekedar curhat-curhat ringan tentang kondisi Indonesia. Dan waktu itu, memang kondisinya berbeda. Yang keras dan kencang adalah isu toleransi dan pluralisme. Dan Buya biasanya akan mengatakan, “Jalan terus, Tami. Teruslah berbuat kebaikan. Jangan pedulikan politik.”

Dan aku memang terus berjalan, Buya, meneruskan minatku untuk masyarakat marginal, untuk isu lingkungan, untuk isu keragaman Indonesia, untuk isu budaya. Lalu Buya, dipanggil Allah 27 Mei 2022. Dan aku pun berhenti mengirim pesan singkat.

Aku masih ingat, sewaktu mendengar Buya wafat, aku menangis cukup lama. Tapi aku dan banyak orang tahu, jika Buya bahagia di sisi Tuhan. Memang sudah waktunya Buya berpulang. Tidak ada satu pun makhluk yang bisa menolak maut. Al Fatihah.

Tapi, apakah Buya tahu apa saja yang terjadi sesudah Buya tiada? Ada banyak hal, kejadian, kegamangan dan kebingungan terjadi di negeri ini. Bukan lagi hanya soal politik toleransi dan pluralisme. Tapi ada pergesekan keras antara politik berlandaskan etika versus prosedural. Juga ada titik rumit ketika keluar keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang usia, yang kemudian dinilai melanggar etika.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: