Selain menjadi sumber pengetahuan, dia berharap buku “Panggil Saya Mas Yos” bisa menginspirasi para pembaca, khususnya generasi muda, serta menarik mereka ke dunia musik dan radio.
Dia juga mengemukakan perlunya strategi adaptasi agar industri rekaman dan radio bisa terus bertahan dan tetap relevan.
“Tidak hanya bertahan dan relevan dengan zaman, bahkan maju berkembang dengan bentuk baru di era digital dan AI ini dengan baik,” katanya.
Buku “Panggil Saya Mas Yos” antara lain menceritakan peran Mas Yos dalam menemukan dan mengembangkan bakat seni sejumlah musisi dan penyanyi legendaris di Indonesia.
Mas Yos juga mendirikan dua stasiun radio swasta pertama yang berperan dalam penyebaran informasi dan pengetahuan di Indonesia, yaitu Radio Elshinta (AM) dan Radio Suara Irama Indah (FM Stereo).
Elshinta Suyoso selaku wakil keluarga Mas Yos menyampaikan bahwa menghadirkan secara utuh gambaran tentang kiprah ayahnya dalam industri musik rekaman dan radio di Indonesia ke dalam buku bukan hal yang mudah.
“Karena bisa dicatat dari mana kita mau melihatnya tergantung dari sisi mana kita memandangnya. Itulah sebabnya dilakukan wawancara dengan mereka para penyanyi, musisi, dan pengamat sebagai narasumber kunci seperti yang ditemui dalam rangkaian bab di dalam buku,” katanya.
Elshinta berharap buku “Panggil Saya Mas Yos” dapat menjadi sumbangsih berharga bagi industri musik rekaman dan radio serta memperkaya wawasan khalayak tentang sejarah industri musik dan radio di Indonesia.
“‘Panggil Saya Mas Yos’ menandai tonggak sejarah, mengenang bagaimana Mas Yos membuka jalan bagi para pelaku seni musik berbakat dan para praktisi media, khususnya rekaman dan radio, dari era analog hingga ke era digital saat ini,” katanya. (tim)