EDITOR.ID,Yogyakarta, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menjelaskan, berdasarkan data? yang masuk di Jawa Tengah, tahun 2021 tercatat sebanyak 2.257 korban mengalami kekerasan. Meski kasus tersebut diduga? masih ada korban yang takut atau tidak mau melapor terkait kekerasan yang dialami.
” Kasus kekerasan jumlahnya diduga masih bertambah, karena banyak yang takut melaorkan kasusnya, ” ungkap Gubernur saat menjadi pembicara di Fakultas Hukum kampus UGM Yogyakarta, Senin (15/2/2022).
Menurutnya, upaya yang dilakukan pertama di Jawa Tengah adalah membuka kanal-kanal aduan terkait kekerasan seksual pada perempuan dan anak. Selain itu, juga membuat Perda khusus terkait perlindungan perempuan dan anak.
“Kami juga menggandeng jejaring kelompok peduli, LSM, aparat penegak hukum dan kerjasama dengan provinsi lain. Kami menyediakan shelter-shelter lengkap dengan nomor kontak agar masyarakat tidak takut melapor,” ucapnya.
Meski sampai saat ini lanjut dia, masih banyak masyarakat yang enggan lapor karena takut datanya tersebar ke publik. Dirinya meminta masyarakat percaya bahwa pemerintah benar-benar melindungi korban.
“Saya minta masyarakat percaya. Pihaknya selalu tekankan ke jajaran, hati-hati menangani kasus kekerasan seksual ini. Kadang sudah tertutup, tapi tetap bocor dan viral di media sosial, sehingga korban jadi sasaran bullying. Kekerasan seksual harus betul-betul kita cegah, edukasi terus menerus dan kalau soal anak, saya tegaskan jangan pernah diekspos,” ujarnya.
Meski begitu, lanjutnya, meminta semua masyarakat melaporkan kejadian kekerasan seksual yang dialami. Masyarakat diminta tidak takut, karena pemerintah akan berupaya semaksimal mungkin untuk melindungi.
“Problem soal kekerasan seksual ini adalah, banyak masyarakat yang tidak mau lapor. Mereka ada yang takut, ada yang malu karena aib dan sebagainya,” kata Ganjar.
Meski sampai saat ini lanjut dia, masih banyak masyarakat yang enggan lapor karena takut datanya tersebar ke publik. Dirinya meminta masyarakat percaya bahwa pemerintah benar-benar melindungi korban.
Ganjar mengapresiasi, seminar nasional yang diselenggarakan FH UGM terkait isu kekerasan seksual. Apalagi, yang diundang adalah tokoh-tokoh yang sangat kompeten, ada aktivis, dosen, pengacara, hakim agung dan lainnya.
“Kalau saya hanya sharing dari sisi pengalaman birokrat, apa yang mesti dilakukan dalam konteks pencegahan, pengelolaan dan bagaimana melindungi korban. Diskusinya sangat menarik, karena kontennya penting untuk persiapan RUU TPKS yang hari ini menjadi isu dan perbincangan publik. Dan mudah-mudahan bisa menjadi masukan sehingga rasa keadilan akan dirasakan masyarakat,” pungkasnya.(tim)