Aksi Solidaritas 1.200 Mahasiswa Baru Fisip Unibraw Galang Dana untuk Sultan Korban Jeratan Kabel

Janji Palsu Pemilik Kabel Fiber PT Bali Towerindo Belum Tanggung Jawab. Kisah Pilu Sultan Rifat Alfatih, Cita-cita Mahasiswa Unibraw Ini Kandas

1.200 mahasiswa kampus ini menggalang dana untuk Sultan Rif'at Alfatih, korban jeratan kabel milik PT Bali Towerindo. Belasan juta uang terkumpul untuk disumbangkan ke Sultan. Foto FISIP UB

Akibat kecelakaan tersebut, Sultan Rif’at Alfatih mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Bahkan Sultan tak bisa berbicara selama tujuh bulan seusai kecelakaan tersebut.

Kondisi ini membuat tubuh Sultan semakin kurus. Pasalnya tak ada makanan yang bisa masuk ke tubuhnya. Selama ini Sultan hanya minum susu dan air putih.

“Saat ini berat badan anak saya cuma 46 kilogram, padahal awal berat badan dia 69 kilogram,” ucap Fatih.

Masa Depan Kandas Gara-Gara Leher Tenggorokan Nyaris Putus

Akibat terjerat kabel fiber optik yang menjuntai di jalanan ini, Mahasiswa semester 6 Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Brawijaya (Unbraw) itu mengaku tak lagi banyak menaruh harap.

Cita-citanya untuk menjadi seorang diplomat pun terpaksa dikuburnya dalam-dalam akibat tulang tenggorokan pemuda berusia 20 tahun itu hancur. Pita suaranya pun terputus setelah dia terjerat kabel optik di jalan di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, pada 5 Januari 2023 lalu.

Hanya satu keinginan yang disampaikan Sultan lewat ketikan teks di layar ponsel, yakni mendapatkan anugerah dapat sembuh dan beraktivitas normal kembali.

“Mau sembuh, bisa makan, napas, ngomong dengan normal lagi agar bisa balik kuliah,” ketik Sultan di ponsel.

Gawai inilah yang belakangan diandalkan Sultan agar bisa tetap menjalin komunikasi dengan keluarga dan orang-orang lain, meskipun mereka berada dekat dengannya.

“Sampai saat ini belum dapat berbicara, untuk komunikasi hanya dengan HP dan bahasa isyarat yang kami mengerti,” kata Fatih, ayah Sultan, menjelaskan.

Tak hanya itu saja, kini Rifat mengandalkan selang agar hanya bisa membantunya makan. Bergantung pada lubang di leher, agar hanya bisa membantunya bernapas.

Sang ibu membantu Sultan dengan alat suntikan memompakan bahan makanan yang sudah dihaluskan melalui selang langsung ke saluran pencernaan Sultan. Dengan cara itu, Sultan makan enam kali dalam sehari, tapi tidak bisa merasakan apapun.

“Itu pun anak saya tidak bisa merasakan apapun selain hanya lapar dan haus. Untuk rasa, tidak ada,” jelas Fatih.

Untuk bernapas, Sultan juga dibantu alat yang dipasang di lehernya. “Dia napas langsung dari lubang yang dibuat di leher. Jadi kalau malam terkadang dia suka sesak dan saya harus membuang air liur yang sudah mengental,” kata Fatih, lirih.

Begitulah Sultan sekarang menjalani kehidupannya sehari-hari. Namun di antara berpasrah diri, Sultan mengungkapkan rasa senang ketika dikunjungi teman-temannya. “Maka itu sering ada temannya yang main ke sini, dia senang sekali,” ujar Fatih lagi.

Janji Palsu Pemilik Kabel Fiber

Seusai empat bulan dari kecelakaan tersebut, Fatih mencari pemilik kabel fiber optik yang menyebabkan anaknya lumpuh. Akhirnya ketemu. Perusahaan itu adalah PT Bali Towerindo Tbk.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: