Jakarta, EDITOR.ID,- Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam kampanye di hadapan ribuan pendukungnya mengkritisi Bantuan Sosial (Bansos) yang selama ini dibagikan di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Putra sulung Presiden RI keenam yang juga Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengajak rakyat meninggalkan Bansos. AHY menekankan rakyat tidak boleh terlalu bergantung kepada bantuan sosial (bansos) dari pemerintah.
Menurutnya, rakyat harus punya penghasilan memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga menabung.
Pernyataan itu AHY sampaikan dalam pidato politik terakhirnya jelang hari pencoblosan Pemilu 2024, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Selasa (6/2/2024).
AHY awalnya menyampaikan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam tiga tahun terakhir akibat pandemi Covid-19 dan instabilitas keamanan dunia.
Menurut AHY, pandemi dan perang membuat pertumbuhan ekonomi melambat, depresiasi nilai rupiah, dan terganggunya pasokan pangan dan energi. Gangguan pasokan membuat harga pangan dan energi melonjak.
Kondisi tersebut, lanjut dia, membuat banyak industri dan UMKM di Tanah Air gulung tikar sehingga jumlah pengangguran meningkat. Akibatnya, penghasilan dan daya beli rakyat menjadi rendah.
“Kondisi inilah yang saya lihat saat bertemu dengan rakyat, banyak wong cilik yang curhat tentang kondisi mereka, tidak punya pekerjaan dan banyak hutangnya, sementara yang punya pekerjaan penghasilannya pas-pasan,” kata AHY.
AHY mengaku memahami bahwa pemerintah menghadapi situasi yang tidak mudah. Pemerintah mengatasi persoalan tersebut dengan menyediakan jaring pengaman sosial atau bansos untuk masyarakat miskin.
Namun, menurut AHY, solusi jangka pendek itu jelas tidak cukup. Menurutnya, rakyat harus punya penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari agar tak bergantung kepada bansos.
“Kita ingin rakyat tidak terlalu bergantung pada bantuan jangka pendek dari pemerintah. Rakyat harus punya pekerjaan dan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan rakyat bisa menabung dan berinvestasi untuk masa depan diri dan keluarganya,” ujarnya.
Menurut putra sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu, solusi atas persoalan tersebut adalah menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia ke angka 6–7 persen. Partai Demokrat, kata dia, mengusulkan empat cara yang harus ditempuh untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menambah penghasilan negara.
Pertama, meningkatkan konsumsi dengan cara menjaga tingkat inflasi dan mendorong redistribusi ekonomi. Kedua, meningkatkan investasi dengan cara memperbaiki iklim usaha dan daya saing nasional.