EDITOR.ID, Jakarta,- Kegelisahan Presiden Joko Widodo terhadap impor dan mafia migas dalam setiap bertemu dan berpidato di hadapan jajaran pebisnis maupun aparat pemerintah, mulai dijawab oleh Basuki Tjahaja Purnama. Angka impor minyak yang masih sangat tinggi sangat menganggu transaksi defisit perdagangan Indonesia, sehingga kurs rupiah rentan bergejolak.
Ahok memahami betul jabatan Komisaris Utama Pertamina yang ia sandang merupakan tugas berat dari Presiden. Tentu salah satu tugas Ahok adalah bagaimana memastikan tidak ada “permainan” terselubung di tubuh Pertamina dalam soal impor minyak. Oleh karena itu Ahok tidak ingin menyia-nyiakan kepercayaan dari Jokowi.
Ahok pun diam-diam bergerak cepat menelusuri siapa yang selama ini menjadi pemain di trading migas alias menjadi perantara impor. Dan apakah para trader minyak itu satu sama lainnya punya keterkaitan sehingga mereka membentuk semacam kartel atau mafia.
Dan ujungnya? Ahok siap buka-bukaan soal keberadaan mafia migas.
Lewat pesan singkatnya sebagaimana dilansir dari CNBC Indonesia, Ahok mengungkap bahwa mafia migas yang sering-sering disebut oleh Presiden Joko Widodo memang masih ada.
“Mafia iya, orang dalam dan ngajak orang luar. Tujuannya impor dan komisi, hulu sampai hilir biayanya tinggi,” kata Ahok, Senin (06/01/2020).
Menurutnya, yang membuat impor minyak tidak efisien adalah karena kontrak impor minyak bukannya langsung dari produsen. Ditambah, kontraknya juga jangka pendek, hanya 3 sampai 6 bulan. “Mayoritas dari Singapura yang masuk,” jelasnya.
Sebelumnya, soal efisiensi beli minyak juga disinggung oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Salah satunya adalah dengan membeli BBM atau minyak mentah langsung ke pemasok, tanpa perantara atau trader di pasar.
“Kita sudah mulai tender, bukan melalui trader tapi langsung kepada perusahaan yang menghasilkan minyak,” kata Erick Thohir di Tangerang, Minggu (5/1/20).
Pembelian langsung ini bisa memangkas margin yang tidak perlu. Dia bilang, harga pembelian bisa lebih murah dengan selisih mencapai US$ 5-6 per barel dibandingkan harga minyak yang biasa dibeli Pertamina via trader.
“Selama ini belum dilakukan. ini langsung ke perusahaan, total, tidak ada perantara,” ungkapnya.
Erick Thohir tak bermaksud mengusir perantara. Dia mengapresiasi perantara di pasar yang tetap bersaing dengan harga kompetitif, dan tidak disertai praktik sogok-menyogok.
“Tapi mohon maaf jika sengaja merusak pipa, tangki, itu yang juga harus dilawan dan tentu terus akan kita tekan dengan hal-hal lain,” tegasnya. (tim)