Karena itu, Pandu mempertanyakan kenapa Unair tidak bekerja sama dengan lembaga penelitian lainnya agar ada saling koreksi dan justru bekerja sama dengan BIN dan TNI.
“Kok Unair tidak kerja sama dengan lembaga penelitian lain dan malah kerja sama dengan lembaga militer. Unpad Bandung misalnya, Unpad juga kuat kok clinical trial-nya, kerja sama akademik itu diperlukan untuk saling koreksi,” katanya.
Sebelumnya, Unair telah menyelesaikan uji klinis tahap ketiga obat penawar penanganan COVID-19. Rektor Unair Mohammad Nasih mengatakan obat tersebut akan menjadi obat COVID-19 pertama di dunia.
Penelitian tersebut dilakukan bersama dengan TNI AD, BIN, dan Polri. Obat baru tersebut kombinasi dari tiga jenis obat yakni Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycyline, Hydrochloroquine dan Azithromyci. (Tim)