EDITOR.ID, Jember, – Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris), Kelurahan Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember Jawa Timur, merupakan salah satu pesantren yang sejak lama menjadi tempat tujuan santri asal Thailand untuk menimba ilmu. Setiap tahun Pesantren Nuris selalu kedatangan santri baru asal Thailand antara 10 hingga 20 orang.
“Ada yang pergi (selesai nyantri) ada yang datang (santri baru),” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Nuris, Gus Rabith Qoshidi di Jember, Ahad (15/5).
Tahun ini, terdapat 12 santri asal Thailand di Pesantren Nuris. Menyambut Lebaran, mereka diperkenankan ?mudik? ke luar pesantren. Mereka memilih Sekretariat Himpunan Mahasiswa Patani (Thailand Selatan) Indonesia (HMPI) yang berlokasi di Jalan Jawa VI, Kelurahan/Kecamatan Sumbersari, masih satu kecamatan dengan Pesantren Nuris.
“Tempat tersebut memang menjadi pilihan santri dan mahasiswa asal Thailand untuk ?pulang kampung? karena di situ mereka ketemu dengan sesama anak Thailand dari Patani (Thailand Selatan). Untuk santri putri juga ada tempat tersendiri, tidak jauh dari tempat itu,” tambahnya.
Di kos-kosan itu terdapat 15 kamar yang memang sering digunakan untuk santri dan mahasiswa Patani ‘pulang kampung’. Jumlah santri dan mahasiswa asal Patani, Thailand mencapai 40 orang terdiri dari putra dan putri. Sebagian mereka kuliah di IAIN Jember, Universitas Jember, dan nyantri di Pesantren Nuris, Antirogo, Jember.
Selama ?mudik? mereka setidaknya sudah dua kali menggelar pertemuan silaturahim antarsantri atau mahasiswa asal Thailand di Jember.
Menurut Ketua Alumni Santri Thailand Jember, Hilmi Disaae, dengan silaturahim itu, minimal kerinduan terhadap kampung halaman sedikit terobati.
“Kita ketemu dengan sesama warga Thailand, itu pun dengan mengikuti prokes (protokol kesehatan) yang ketat. Ya hanya segitu (silaturahim) kita berkegiatan, untuk jalan kemana-mana tidak mungkin karena masih dalam suasana Covid-19,” tuturnya sebagaimana dilansir dari NU Online.
Menurut mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN Jember itu, budaya Thailand khususnya di Patani dalam menyambut Lebaran, sama dengan Indonesia. Habis shalat Idul Fitri, lalu bersalaman dengan keluarga dan tetangga, kemudian berlanjut ke keluarga jauh. Makanan yang dihidangkan juga sama dengan hidangan Lebaran bangsa Indonesia.
“Cuma kalau di Thailand, kalau asin, asin bener, kalau asem (kecut) asem bener. Kalau di Indonesia, tidak. Asinnya juga seimbang,” ungkapnya.
Kelebihan bangsa Indonesia, lanjutnya, adalah toleransi antarumat beragama yang sangat tinggi. Itulah yang membedakan Indonesia dengan negara lain, baik yang dihuni beragam penganut agama maupun yang satu agama.
“MasyaAllah di sini (Indonesia) toleransinya tinggi sekali,” tandasnya. (Tim)