“Sebagian relawan itu bilang bahwa kalau ternyata setelah kami dukung Ganjar hanya menjadi boneka PDIP, ya kami keberatan dong. Sebagian bilang mendingan kita dukung Prabowo aja atau ada yang bilang mending golput aja,” ungkap dia.
“Daripada kita memberi panggung buat PDIP,” sambungnya.
Dirinya juga menganggap penting agar klarifikasi dilakukan oleh PDIP dengan cepat untuk menghindari kesalahpahaman dan spekulasi yang lebih lanjut.
“Ini perlu segera diklarifikasi karena info ini sudah beredar cukup luas. Mudah-mudahan salah,” katanya.
Sontak saja cuitan Ade tersebut menuai kontroversi di kalangan netizen. Banyak warganet memberikan komentarnya, bahkan namanya pun terpampang dalam trending topic di Twitter Indonesia.
“Jangan jadi duri dalam daging atau musuh dalam selimut, kalau dukung harus total jangan urusin dapur orang urusan dapur masing-masing apalagi bikin kacau!,” tulis seorang warganet.
“Saya dukung Ganjar. Saya gak dukung PDIP,” jawab Ade.
“Bapak Ade Armando disayangkan bapak keburu jadi kader @psi_id sehingga pendapat anda sudah tidak bisa jadi rujukan, tidak lagi obyektif, ada konflik kepentingan,” tulis akun @ark***
“Kalaupun memang demikan seharusnya paham karena realitanya semua partai begitu bukan hanya PDI-P, kalaupun yg lain menang pasti sama dengan PDI-P!,” tulis warganet lain.
“Anda setuju kalau kabinet ditentukan pdip?,” balas Ade.
“Begitulah petugas partai, semua ditentukan partai dan harus tunduk pada partai,” timpal akun @Moh***
“Lah emang ada jatah menteri parpol yang lolos parlemen. Partaimu gak lolos parlemen banyak gaya,” kutip akun @noi***
“Yang baru cuma dengar-dengar doang kok dijadiin patokan dan harus Klarifikasi? Modus ini mirip yg digunakan para penuntut Ijazah Jokowi,” kata akun @dsa***
“Lucu ya di era media sosial ini. Tinggal bikin isu, tanpa menyebutkan sumber, bilang kalo sudah beredar luas, terus menuntut yang jadi subyek isunya untuk klarifikasi,” balas akun @yos. (tim)