Ada Yang Ingin Ambil Keuntungan, Rusuh Papua “Digoreng”

EDITOR.ID, Jakarta,- Pengamat militer dan keamanan, Connie Rahakundini mensinyalir kerusuhan Papua dan Papua Barat sengaja digoreng. Agenda targetnya menggoyang kestabilan politik dan ekonomi pemerintahan Joko Widodo.

Lebih lanjut, Connie mengatakan kerusuhan Papua dikendalikan kelompok radikal. Hal tersebut juga dianggap Connie sebagai pembiaran politik oleh pemerintah.

Hal ini disampaikan Pengamat Pertahanan dan Diplomasi Militer, Connie Rahakundini Bakrie dalam “Seminar Politik Papua” yang digelar oleh Pusat Kajian Otonomi Daerah (Puska Otoda) Program Studi Ilmu Politik FISIPol Universitas Kristen Indonesia (UKI), Kamis (5/9/2019) bekerjasama dengan Indonews di Balai Sarwono, Jakarta Selatan.

Melihat agenda dalang dari kerusuhan ini, Connie menilai, tak sepatutnya publik terus-terusan menyalahkan aparat keamanan TNI dan Polri. Oleh karena itu pengajar Pasca Sarjana UI ini meminta masyarakat tidak mengkambing hitamkan tindakan TNI-Polri dalam rentetan peristiwa yang terjadi di Papua dan Papua Barat

Menurutnya, publik salah besar bila menyalahkan aparat yang dianggap terlalu represif dalam menjaga Papua. “Sehingga tidak fair kita salahkan terus menerus TNI dan Polri saja dalam kerusuhan Papua,” kata Connie.

Connie mengingatkan, selama ini ada banyak faktor yang menyebabkan gejolak di Papua. Dari rentetan kejadian yang baru-baru ini bergulir, disinyalir ada upaya dari pihak tertentu yang terus sengaja memainkan isu nama, bahasa, dan etnis.

“Ada banyak faktor yang menyebabkan gejolak di papua, termasuk orang-orang yang sakit hati. Nama, bahasa, dan etnisitas saat ini masih terus digoreng. Itu merupakan strategi soft power,” kata Connie.

Dirinya melihat, saat ini perbedaan identitas fisik dan perbedaan kultural terus diangkat pihak-pihak tertentu yang menginginkan Papua lepas dari Indonesia. Karena itulah, kondisi ini sebaiknya diwaspadai oleh seluruh elemen masyarakat dan pemerintah.

“Identitas fisik dan perbedaan kultural terus diangkat. Hal itu menjadi ikon pembeda. Karena itu saya ingatkan, strategi soft power sedang berjalan di Papua,” ujarnya.

Connie membeberkan analisisnya.

Menurutnya ada orang yang mengambil keuntungan dan keteledoran politik sehingga membuat keadaan semakin kacau.

Lebih lanjut Connie mengatakan ada beberapa hal yang menjadi pemicu kerusuhan Papua, seperti diskriminasi rasial yang sangat marak terjadi.

Connie membeberkan sempat ada konvensi yang mendukung Papua keluar dari Indonesia karena berbeda warna kulit, rambut, dan lainnya. Hal tersebut seharusnya tak sampai terjadi bila kementerian dan lembaga terkait bisa mencegahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: