EDITOR.ID, Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk atau SMART (SMAR) menyetujui untuk membagikan dividen senilai Rp131,4 miliar atau Rp750 per saham kepada pemegang saham dari saldo laba 2018.
Tahun lalu, perseroan mencatatkan laba bersih entitas induk Rp 597,32 miliar, turun 49% dari 2017 sebesar Rp 1,18 triliun. Laba yang turun ini seiring dengan adanya rugi selisih kurs hingga Rp 632 miliar, dari sebelumnya tahun 2017 rugi kurs Rp 98 miliar.
Padahal pendapatan dari anak usaha Grup Sinar Mas ini naik 6% menjadi Rp 37,39 triliun sepanjang tahun lalu dari tahun sebelumnya Rp 35,32 triliun.
Mengacu data perdagangan Selasa ini (18/6), harga saham SMAR diperdagangkan naik 2,23% di level Rp 4.120/saham. Maka dividend yield perseroan yakni 18,20%.
Selain itu, RUPST juga melakukan perubahan jajaran direksi. RUPS juga menyetujui pengunduran diri Endro Agung Partoyo sebagai komisaris independen dan digantikan oleh Rahmat Waluyanto.
Rahmat sebelumnya sempat menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pada 2018, emiten perkebunan ini mengantongi laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp597,32 miliar. Laba ini mengalami penurunan dari 2017 senilai Rp1,18 triliun.
Sebagai informasi, tahun ini perseroan mempertebal margin dengan memaksimalkan diversifikasi produk. Hal ini dikarenakan, tipisnya raihan margin di tahun lalu. Investor Relation SMAR, Pinta S. Chandra pernah bilang, perseroan akan fokus melakukan intensifikasi pada tahun ini.
Adapun intensifikasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi melalui percepatan peremajaan tanaman.”Untuk bisnis hilir ataudownstream, kami akan meningkatkan efisiensi operasional di sepanjang rantai nilai dan menangkap peluang margin yang timbul dari penyediaan produk dan layanan dengan nilai tambah,” ungkapnya.
Kuartal pertama 2019, perseroan membukukan penjualan senilai Rp9,42 triliun, naik 11,08% dari posisi Rp8,48 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.Dari segmen operasional, segmen produk konsumen dan perdagangan berkontribusi hingga Rp8,35 triliun, lalu disusul oleh perkebunan dan lainnya masing-masing senilai Rp475,6 miliar dan Rp115,73 miliar.