EDITOR.ID, Jakarta,- Perayaan Hari Valentine di Negara Islam Arab Saudi sudah bertahun-tahun diharamkan karena dianggap tidak sesuai syariat Islam. Toko-?toko dilarang menjual pernak-?pernik Valentine. Begitu juga pemilik restoran dilarang menyelenggarakan perayaan macam?-macam di hari itu.
Polisi Syariat bahkan pernah menindak penjualan perlengkapan Hari Valentine dan orang-orang yang mengenakan pakaian berwarna pink atau merah.
Setiap menjelang 14 Februari, polisi syariat di bawah Komisi untuk Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan (CPVPV) selalu berkeliling melakukan patroli. Toko yang kedapatan menjual mawar atau coklat langsung dirazia. Pemilik res?toran yang nekat mengadakan perayaan Hari Valentine akan ditangkap atau ditutup usahanya.
Namun sejak 2018, otoritas Arab Saudi menghalalkan warganya ikut merayakan Hari Kasih Sayang atau Valentine. Dampaknya warga Saudi pun ikut meramaikan perayaan ini dengan memajang pakaian dalam (lingerie) berwarna merah di etalase toko. Menjelang hari kasih sayang, masyarakat Arab Saudi berbondong-bondong membeli baju berwarna merah.
Berbagai pernak-?pernik Valentine pun mudah ditemui di berbagai sudut kota. Bunga mawar, boneka lucu hingga coklat, berjejer di pinggir jalan. perempuan memakai baju merah atau pink pun tak kena razia lagi.
Ini pertama kalinya pemerintah Saudi menghalalkan warganya merayakan pesta yang biasanya bagi?-bagi cokelat dan bunga itu. Perayaan Valentine dibolehkan setelah CPVPV mengeluarkan fatwa kehalalan Hari Valentine.
Presiden CPVPV Makkah Sheikh Ahmed Qasim Al?Ghamdi menyatakan bahwa Hari Valentine tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dia mengatakan, merayakan kasih sayang atau cinta adalah universal, tak terbatas hanya untuk non?Muslim.
Ghamdi memang dikenal sebagai tokoh ?nyeleneh? dengan pemahamannya yang bertentangan dengan jumhur (mayoritas) ulama Saudi. Akibat pemikirannya ini juga dia disebut dipecat dari posisinya.
Namun sejak negara ini dipimpin putra mahkota atau pemimpin de facto, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) pada 2017 lalu, Arab Saudi mulai membuka diri terhadap dunia modern.
Jelang hari kasih sayang, penjualan baju berwarna itu meningkat. Kendati demikian, tak ada satu pun kata ‘Valentine’ yang tampak di tengah fenomena ini.
“Manajemen telah meminta kami untuk mendekorasi pajangan jendela dengan lingerie merah, tetapi tanpa pengabdian Hari Valentine di mana pun,” kata seorang penjual di salah satu mal di Riyadh, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengutip AFP.
“Kami kini bisa menempatkan baju merah dengan nyaman, dan bahkan melihatnya di tampilan jendela,” kata penjual lainnya. Menurut dia, banyak konsumen yang meminta lingerie merah di hari kasih sayang.
“Kami memberikan potongan harga pada waktu ini, tapi kami tidak menyebutkan sebagai promo Hari Valentine,” ujar si penjual.
Namun, tak semua orang merasa nyaman dengan pajangan busana merah di etalase-etalase toko.
“Ini [lingerie merah yang dipajang] mengganggu saya. Tapi, ada orang yang menyukainya, dan ini merupakan kebebasan atas pilihan mereka,” ujar salah seorang perempuan, yang juga tak mau disebutkan namanya.
Secara tradisi, Arab Saudi memang tidak merayakan Hari Valentine. Namun, belakangan banyak masyarakat yang mulai merayakannya.
“Ada banyak permintaan pakaian dalam pada periode hari kasih sayang ini, dan konsumen kadang menanyakan pakaian merah,” ujar salah seorang penjual, Khuloud.
Penjual wanita ini juga mengatakan lingerie merah menjadi yang paling dicari saat periode Valentine. Toko-toko juga menawarkan diskon untuk parfum dan makeup.
Salah seorang pembeli, Reem Al-Qahtani mengatakan, masyarakat Arab Saudi perlahan menerima Hari Valentine, meski tidak secara eksplisit. Mereka hanya merayakannya, tanpa menyebutnya sebagai Hari Valentine.
“Saat ini, kami merayakan (Valentine) diam-diam di kafe dan restoran, tetapi kami berharap ini akan mendapatkan daya tarik di beberapa tahun mendatang.”
Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) Dobrak Budaya
Saat dipercaya memimpin Arab Saudi, kebijakan Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), banyak mendobrak kultur konservatif dan berpihak kepada kaum perempuan. Kini Pangeran MBS kembali “melonggarkan” warganya terutama kaum perempuan merayakan Hari Valentine.
Selain itu Kerajaan Arab Saudi juga sudah mengizinkan perempuan bepergian, belajar di luar negeri, menghadiri acara olahraga publik, melakukan berbagai kegiatan, hingga hidup sendiri tanpa didampingi wali laki-laki.
Di hadapan pengadilan Syariah Saudi, otoritas Kehakiman menghapus pasal 169 dalam Hukum Acara negara tersebut.
“Seorang wanita dewasa memiliki hak untuk memilih tempat tinggal,” kata undang-undang yang telah direvisi, mengutip Middle East Monitor pada Juni lalu,
Masih dalam UU itu, disebutkan pula wali dari seorang perempuan hanya dapat melaporkan jika mereka miliki perempuan itu melakukan kejahatan. Selain itu, jika perempuan yang sudah bebas dari penjara tidak akan diserahkan kepada wali.
Awal 2021 lalu, Kerjaan juga mengizinkan perempuan yang berusia di atas 18 tahun mengubah nama mereka tanpa mengantongi izin wali.
Pihak berwenang juga mencabut pembatasan perjalanan bagi perempuan saat 2019 lalu. Dalam aturan itu, perempuan di atas 21 tahun diizinkan mengajukan paspor dan bepergian dengan bebas.
Perempuan Bisa Masuk Militer
Pada Februari 2021 lalu, pemerintah Saudi membuka pendaftaran Angkatan Bersenjata bagi perempuan. Mereka yang berusia 21 hingga 40 tahun boleh mendaftar.
Kemudian dua bulan lalu, Kerajaan meluluskan angkatan pertama tentara perempuan dari Pusat Pelatihan. Kelulusan ini dianggap menjadi sejarah sebagai upaya reformasi pemberdayaan perempuan yang dicanangkan pemerintah. (tim)