Belajar dari Bom Makassar, Guru Besar Unpad Minta Aparat Kembali ke Fungsinya

EDITOR.ID, Bandung – Teror bom di Makassar hari Minggu kemarin, harus diwaspadai pemerintah dengan melakukan penyelidikan mendalam terhadap jaringan teroris yang masih aktif.

Untuk itu, fungsi aparat keamanan dalam masa Pandemi Covid-19 ini harus kembali ke fungsinya.

Guru Besar Unpad Bidang Keamanan Dalam Negeri, Prof Muradi menjelaskan, sejak setahun terakhir fungsi aparat keamanan dilibatkan dal penanganan virus covid-19. Namun dengan kejadian di Makassar Minggu kemarin, fungsi Polri, TNI, BNPT, BIN harus kembali ke khitohnya.

“Saya kira harus kembali ke fungsi nya sebagai penjaga keamanan dalam negeri, karena situasi pandemi Covid-19 sudah relatif landai saat ini, dengan tahapan vaksinasi yang sudah berjalan,” jelasnya, Selasa (30/3).

Prof Muradi menilai, tugas tugas sepeti mendeteksi dini ancaman teror harus kembali ditingkatkan.

“Dengan situasi pandemi Covid-19, bukan tidak mungkin sel-sel jaringan teroris kembali membuat strategi, karena semua fokus ke pandemi Covid-19,” jelasnya.

Untuk itu, perihal tugas penanganan pandemi Covid-19 oleh lembaga pertahanan negara, agar tidak menjadi tugas prioritas.

“Tugas pokok dan prioritasnya menjaga keamanan, melakukan deteksi dini adanya ancaman baik dari dalam dan luar negeri,” jelasnya.

Diakuinya, tugas penanganan pandemi Covid-19, bisa dikerjakan Pemda di daerah, dan lembaga yang berkaitan langsung untuk tingkat pusat.

“Kalaupun TNI Polri mau dilibatkan dalam penanggulangan pandemi Covid-19 itu tidak maksimal personelnya, misal satu Polres ada 400 personel, 100 personel dilibatkan penanganan pandemi Covid-19, sisanya kembali ke tugas dan fungsi awal sebagai anggota Polri,” jelasnya.

Pasca adanya teror bom di Makassar, Prof Muradi menilai aparat keamanan baik Polri, TNI dan BNPT harus segera melakukan pemetaan kembali daerah rawan radikalisme.

“Saya melihat pola saat ini para teroris mulai kembali ke pola lama, yakni dengan melakukan tatap muka. Artinya mereka ( pelaku) teror, mulai meninggalkan teknologi seperti media sosial,” jelasnya.

Pola lama ini, patut diwaspadai oleh aparat keamanan kita karena melakukan pendekatan masif ke perkumpulan, atau menemui langsung masyarakat.

“Artinya semua komponen aparat keamanan harus kembali ekstra melakukan langkah pencegahan, agar tidak ada sel baru jaringan teroris,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: