Oleh : Hamid Baedowi
Penulis Alumni Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo, Kediri, Jawa Timur
Zainal Abidin al-?Alawi dalam buku al-Ajwibah al-Ghaliyah berkata: ?Tawasul adalah memohon kepada Allah melalui perantara orang?orang yang dicintai-NYA, seperti para nabi, para wali, disebabkan mereka adalah orang-orang yang telah diridhai dan telah diberi derajat yang tinggi disisi Allah ?.
Bertawasul berarti pengakuan diri penuh kekurangan, Sehingga sadar bahwa doanya sulit dikabulkan. Artinya tawasul adalah bentuk ketawadlu?an (kerendahan hati) seorang hamba di hadapan Tuhannya. Inilah hakekat tawasul. (Apakah Bertawasul itu Musyrik?)
Ulama menjelaskan banyak jenis tawasul di antaranya:
Pertama, tawasul dengan amal saleh.
Dalam hadis dikisahkan ada tiga orang yang terperangkap di dalam gua, masing-masing bertawasul dengan amal shalihnya, sehingga Allah membukakan pintu gua dari batu besar yang menghalanginya. Berdasarkan hadis tersebut para ulama sepakat bahwa bertawasul dengan amal shalih adalah ajaran islam dan dapat dilakukan.
Kedua, tawasul dengan orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah SWT.
Artinya wasilah yang kita sebutkan dalam berdoa bukan amal kita tetapi nama seseorang atau kemuliaan seseorang. Contoh: ?Ya Allah, berkat Nabi Muhammad SAW??? ,?Ya Allah, berkat Imam Syafi?i?..?, ?Ya Allah, berkat para wali dan sh?lihin?.?.
Ketiga, tawasul dengan Nabi di masa hidup beliau.
Dikisahkan bahwa shahabat Dharir yang menderita sakit mata memohon Kepada Rasulullah agar diberi kesembuhan. Rasulullah menyuruhnya untuk membaca doa berikut:
?????????? ??????? ?????????? ????????????? ???????? ??????????? ????????? ??????? ??????????? ??????? ??????????? ???? ????? ??????? ???? ????????? ????? ????????? ???? ?????????? ??????????? ?????
?Ya Allah, sesungguhnya aku memohon dan berdoa kepada-Mu dengan (bertawasul dengan) nabi-Mu, Muhammad, Nabi yang penuh kasih sayang. (Duhai Rasul) sesungguhnya aku telah bertawajjuh Kepada Tuhanku dengan (bertawasul dengan)mu agar hajatku ini terkabul. Ya Allah, terimalah syafaat Beliau untukku?. (HR Tirmidzi, an-Nas??I, al-Baihaqy dengan sanad shahih).
Dalam hadis tersebut shahabat Dharir bertawasul dengan Nabi Muhammad SAW bahkan atas rekomendasi Beliau SAW sendiri. Ini menunjukkan tawasul dengan orang shalih yang masih hidup diperbolehkan.
Keempat, tawasul dengan Nabi setelah beliau wafat
Dalam sebuah hadis disebutkan:
???? ?????????? ?????? ??????? ???? ???????? ????? ?????????? ?????????? ?????? ?????? ????????? ?????? ?????? ????? ????????? ????? ?????? ????? ????????? ????? ???????? ????????? ??????? ?????????????? ???? ???????? ??????? ????????? ?????? ??????? ???? ???????? ???? ???? ???? ??? ???????
?Dari Sayidina ?Ali kw. Sesungguhnya Sayidina Muhammad SAW tatkala Fathimah bint Asad,ibu Sayidina ?Ali dimakamkan, Beliau SAW berdoa : ?Ya Allah, dengan (perantara) hakku dan hak para Nabi sebelumku, ampunilah ibu setelah ibuku ( Fathimah bint Asad) (HR at-Thabr?ny, Abu NU?aim, al-Hatsamy)?
Dalam hadis tersebut Rasulullah bertawasul dengan para Nabi sebelum Beliau. Ini menunujukan bahwa tawasul dengan orang yang telah meningal juga pernah diajarkan oleh Rasul SAW.
Kelima, tawasul dengan orang saleh ketika hidup
Anas ibn Malik meriwayatkan sebuah hadis:
???? ?????? ???? ??????? ????? ?????? ????? ????? ????????? ?????????? ????????????? ???? ?????? ???????????? ??????? ?????? ?????? ?????? ??????????? ???????? ???????????? ????????????? ???????? ??????????? ???????? ??????? ?????????? ?????????? ????? ??????????? ????? ??????? .
?Dari Anas bin M?lik ra.sesungguhnya Umar ibn al-Khath?b apabila masyarakat mengalami paceklik meminta hujan dengan (tawasul dengan) al-?Abb?s ibn ?Abdil Muthallib dengan mengatakan : ?Ya Allah, sesungguhnya dahulu ketika berdoa kepadamu kami bertawasul dengan Nabi-Mu. Engkaupun menurunkan hujan Kepada kami. Dan sekarang kami berdoa kepadamu dengan bertawasul dengan paman Nabi-Mu, maka berilah kami hujan.? Anas mengatakan : ?Kemudian mereka diberi hujan.? (HR Bukhari).
Dalam hadis di atas Sayidina Umar bertawasul dengan Sayidina ?Abbas. Menurut Ibn Hajar al-?Asqalany dalam Fathul Bari Syarh al-Bukhari, hadis di atas menunjukkan terjadinya tawasul dengan Nabi SAW dan diperbolehkan tawasul dengan orang-orang saleh baik dari kalangan Ahlul Bait (habaib) maupun lainnya.
Keenam, tawasul dengan orang meninggal
Tawasul dengan orang saleh yang telah meninggal telah dilakukan oleh para ulama, di antaranya:
Pertama, Al-Khath?b dalam kitab tarikhnya menceritakan dari ?Ali ibn Maimun bahwa Imam Syafi?i pernah berkata :
?????? ????????????? ???????? ?????????? ?????????? ????? ???????? ???? ????? ?????? ? ???????? ????????- ??????? ???????? ???? ??????? ????????? ???????????? ???????? ????? ???????? ?????????? ????? ??????? ?????????? ???????? ????? ???????? ??????? ?????? ???????
?Sesungguhnya aku bertabarruk dengan Abi Hanifah dan datang ke kuburnya ?yakni ziarah kubur-. Apabila aku mempunyai hajat, maka aku shalat sunnah dua rakaat kemudian datang ke kuburan Beliau dan meminta hajatku kepada Allah. Tidak lama kemudian hajatkupun terpenuhi?.
Kisah tersebut menunjukkan bahwa Imam Syafi?i bertawasul dengan Abi Hanifah. Hal ini sebagaiman keterangan tegas Imam Ibn Hajar dalam al-Khairat al-Hisan fi Manaqib al-Imam Abi Hanifah an-Nu?man.
Kedua, Imam ad-Dzahaby dalam Tadzkirah al-Huff?dh mengisahkan, tatkala Sofwan ibn Sulaim disebutkan di depan Imam Ahmad ibn Hanbal, beliau berkomentar :
????? ?????? ???????? ????????? ???? ?????????? ??????????
?Ini adalah lelaki yang hujan dapat turun dari langit dengan (perantara) menyebut namanya?.
Ucapan Imam Ahmad ibn Hanbal di atas membuktikan bahwa beliau termasuk pendukung berat praktek tawasul.
Ketujuh, tawaasul dengan kemuliaan
Tawasul dengan jah (kemuliaan dan kedudukan) seseorang di sisi Allah diperbolehkan. Berdasarkan Doa shahabat Dharir :
?????????? ??????? ?????????? ????????????? ???????? ??????????? ????????? ??????? ??????????? ??????? ??????????? ???? ????? ??????? ???? ????????? ????? ????????? ???? ?????????? ??????????? ?????
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon dan berdoa kepada-Mu dengan (bertawasul dengan) nabi-Mu, Muhammad, Nabi yang penuh kasih sayang. (Duhai Rasul) sesungguhnya aku telah bertawajjuh Kepada Tuhanku dengan (bertawasul dengan)derajatmu agar hajatku ini terkabul. Ya Allah, terimalah syafaat Beliau untukku?.
Menurut Syeikh ibn ?All?n dalam Faidul Qadir, kata bika yang terdapat dalam doa di atas bermakna derajatmu sehingga menurut para ulama yang dimotori ?Izz ibn ?Abdissalam tawasul dengan jah termasuk bagian dari ajaran agama. Wallahu ?alam. (dikutip dari bincang Syariah)