Bojonegoro, EDITOR.ID,- PT Pertamina (Persero) lewat anak usahanya, PT Pertamina EP Cepu (PEPC), akan menanamkan dana investasi US$ 1,547 miliar atau sekitar Rp 20 triliun. Dana sebesar itu dipakai membangun Proyek Unitisasi Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru (JTB).
Proyek yang berlokasi di Bojonegoro, Jawa Timur ini menjadi bagian proyek strategis nasional. BUMN bidang Migas ini ingin proyek ini memberikan multiplier effect bagi ekonomi nasional.
Hari ini, Menteri ESDM, Ignasius Jonan, meresmikan peletakan batu pertama (groundbreaking) Proyek Unitisasi Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru (JTB). Hadir pula dalam acara itu, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa, Komisaris Utama Pertamina Tanri Abeng, Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik, dan Bupati Bojonegoro Suyoto.
Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan, groundbreaking pengembangan Jambaran Tiung Biru akan menjadi harapan baru bagi Indonesia, khususnya untuk mengatasi defisit pasokan gas di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dengan cadangan gas JTB sebesar 2,5 triliun kaki kubik (TCF), Pertamina berharap industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur akan mendapat suplai gas yang cukup menggerakkan ekonomi nasional.
“Pengembangan lapangan JTB juga akan membuka lapangan kerja secara langsung maupun tidak langsung dan pada gilirannya akan mengurangi angka kemiskinan yang menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi),” kata Massa dalam keterangannya, Senin (25/9/2017).
Setelah keluarnya Surat No 9/13/MEM.M/2017 tertanggal 3 Januari 2017, pemerintah melalui Kementerian ESDM memerintahkan Pertamina c.q. PT Pertamina EP Cepu (PEPC) untuk mengembangkan secara penuh Lapangan JTB, dan menyelesaikan proses pengalihan lapangan dengan skema B to B (antarbisnis) bersama ExxonMobil Cepu Limited.
Saat ini, menurut Massa, Pertamina masih terus menuntaskan negosiasi pengalihan hak partisipasi (participating interest/PI) dalam pengembangan JTB. Pertamina kini masih memiliki PI 45%. Pascaalih kelola, Pertamina akan menguasai PI hingga 91% dan sisanya 9% akan dimiliki badan usaha milik daerah (BUMD).
Seiring proses negoisasi tersebut, lanjutnya, telah banyak kemajuan diraih proyek JTB, antara lain tercapainya kesepakatan jual beli gas bumi dengan PT PLN (Persero) dengan harga US7,6/MMBTU pada 8 Agustus 2017.
“Kesepakatan itu menjadi awal untuk bisa mengembangkan lapangan gas JTB, karena sudah ada pembelinya,” ujarnya.
Lapangan JTB memiliki kompleksitas tinggi dengan kandungan CO2 34%, fasilitas pemrosesan gas 330 juta kaki kubik per hari (million metric standard cubic feet per day/MMSCFD), dan produksi gas jual 172 MMSCFD akan dimulai pengeborannya setelah PEPC menunjuk PT Rekayasa Industri (Rekind) dan PT Japan Gas Corporation yang sudah memenangkan tender.