Ekonomi Indonesia Tidak Sedang Baik-Baik Saja, Kelas Menengah Terpuruk Ancaman PHK

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka-bukaan soal jumlah kelas menengah yang turun kasta. Penurunan ini karena tertekan oleh kenaikan harga atau inflasi yang sempat tinggi. Ditambah tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) perusahaan berbasis bisnis konvensional. Karena industri sedang mengalami transformasi ke new industry berbasis digital.

Ilustrasi Pengangguran

Jakarta, EDITOR.ID,- Banyak pedagang mengeluh kenapa akhir-akhir ini jualannya kurang laku. Omset menurun, pembeli sepi. Usut punya usut ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Berdasarkan survei statistik, jumlah kelas menengah turun drastis, daya beli terus melemah. Orang lebih mengutamakan membeli yang penting dan pokok.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka-bukaan soal jumlah kelas menengah yang turun kasta. Penurunan ini karena tertekan oleh kenaikan harga atau inflasi yang sempat tinggi. Ditambah tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) perusahaan berbasis bisnis konvensional. Karena industri sedang mengalami transformasi ke new industry berbasis digital.

Sejumlah indikator menunjukkan kondisi ekonomi RI kini sedang lesu alias tidak baik-baik saja. Hal ini dibuktikan dari khususnya dari penurunan daya beli masyarakat.

Penurunan daya beli ini dapat terlihar dari berbagai indikator seperti deflasi atau penurunan harga produk pangan pokok, penurunan pembelian semen nasional, hingga penurunan pengajuan kredit.

Ekonom Senior INDEF Tauhid Ahmad mengungkapkan sejumlah tanda-tanda ekonomi RI sedang lesu darah. Sebagaimana dilansir dari rangkuman detikcom dari podcast ‘Tolak Miskin: Sinyal Deflasi Indikasi Ekonomi RI Kurang Darah’ terungkap ada sejumlah sinyal bahwa ekonomi sedang tidak baik-baik saja.

Diantaranya angka Deflasi Produk Pangan Pokok. Tauhid mengatakan salah satu tanda daya beli masyarakat yang kian melemah adalah turunnya harga produk pangan pokok. Misal cabai, bawang, telur, hingga daging ayam.

“Deflasi ini kan ditandai oleh penurunan (harga) bahan pangan pokok seperti misalnya cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam,” ucap Tauhid.

Sebab penurunan harga ini menunjukkan bagaimana kemampuan masyarakat untuk membeli produk-produk pangan pokok semakin melemah. Walaupun penurunan harga juga bisa terjadi saat komoditas tersebut kelebihan suplai.

“Ya bisa jadi memang cabai lagi musim begitu, ya dia banyak suplai. Tetapi kalau responnya tidak banyak (yang beli), ya yang terjadi adalah penurunan harga. Nah ini terjadi di bulan September,” sambungnya.

Turunnya Penjualan Kendaraan Roda Dua

Selain penurunan pembelian produk pangan pokok, Tauhid menilai penurunan penjualan kendaraan roda dua atau sepeda motor menjadi tanda lain melemahnya daya beli masyarakat.

Sebab kondisi ini menunjukkan bagaimana masyarakat menahan pembelian kebutuhan lain di luar kebutuhan pokok, seperti sepeda motor.

“Penjualan roda dua itu juga mengalami penurunan. Indikatornya misalnya untuk roda dua di bulan Agustus (2024) itu -4,1% dibandingkan dengan Juli (2024),” terangnya.

Penurunan Penjualan Semen Nasional

Tanda lain yang menunjukkan melemahnya daya beli masyarakat juga terlihat dari pertumbuhan penjualan semen nasional. Sebab menurut Tauhid hal ini menunjukan pertumbuhan sektor properti nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: