Cermati Home Schooling Di Era Digitalisasi Sebagai Sekolah Alternatif Di Tangerang Selatan

EDITOR.ID,Tangerang Selatan,-

Berawal dari seruput kopi dalam diskusi jalanan pada malam hari, Andreas Arie selaku Ketua Komunitas Solidaritas Pendidikan Tangerang Selatan dan kawan-kawan berkumpul dan membuat konsep seminar yang akhirnya diadakan pada minggu (23/02) jam 12.00 di Restoran Remaja Kuring jalan Ciater.

Diskusi Publik ini membahas home schooling yang diselenggarakan oleh Komunitas Solidaritas Pendidikan Tangerang Selatan ini akan membuka spektrum pembicaraan yang sedemikian luas dan holistik hingga menyentuh segala aspek pendidikan dan pembelajaran itu sendiri.

Dimulai dari Keynote Speaker Kokok Dirgantoro yang menyatakan dirinya adalah orang yang tidak setuju dengan konsep sekolah rumah karena lekat dengan kesan biaya tinggi, ekslusive dan anti sosial, namun ketika sahabatnya sendiri yang bukan kalangan atas mencontohkan penerapan konsep sekolah rumah yang membuat Kokok berubah pandangan. Dari situlah Kokok mulai mempelajari buku-buku tentang Sekolah Rumah ini. Dari segala informasi yang didapat akhir-akhir ini nyatalah bahwa masih banyak hal yang perlu dipikirkan dan didiskusikan terutama untuk Kota Tangerang Selatan.

Dalam sesi paparan dari 5 orang nara sumber dimulai oleh Pasangan Ferry Doringin dan Jansi Kuntag yang menggambarkan bagaimana mereka memilih konsep home schooling untuk 4 orang putrinya hingga sekarang sudah memasuki masa kuliah. Ketika memasuki masa kuliah di Universitas Formal ( BINUS) ternyata prestasinya sungguh luar biasa, saat ini mereka mendapat bea siswa prestasi dengan IP 4.0.

Paparan yang kedua disampaikan oleh Mokh. Sobirin, seorang praktisi sekolah rumah dan sekaligus peneliti bidang pendidikan, paparannya dimulai dari nilai lebih sekolah rumah hingga ke stigma negatif yang sempet disandang sekolah rumah dalam kaitannya dengan isu radikalisme dan fundamentalisme.

Paparan selanjutnya disampaikan oleh Hananto Setiawan seorang penggiat pendidikan informal yang sekaligus seorang petinggi sebuah perusahaan telekomunikasi khususnya Internet Provider. Dalam paparannya Hananto menekankan bagaimana kondisi infrastruktur internet di Indonesia yang ternyata sudah sangat memadai untuk mendukung proses-proses pembelajaran formal, nonformal dan informal termasuk sekolah rumah dan apa keuntungan dari “Online Education”. Satu pertanyaan menggelitik diawal yaitu ” Ketika anak sudah bisa mencari informasi dari Google, jadi untuk apa lagi belajar dari orang lain?”. Pertanyaan ini yang selanjutnya dikupas secara tuntas dengan menarik garis perbedaan antara pengetahuan dan pendidikan. Bahwa pendidik diperlukan untuk memperkaya pengetahuan anak dengan alasan, tujuan maupun aspek lain dari pengetahuan yang sedang dipelajari. Pengetahuan dari sumber pengetahuan online hanyalah sebuah input berupa raw data yang menjawab pertanyaan Siapa?, apa?, kapan? & dimana?, setelah mendapat input tersebut maka perlu dilanjutkan oleh pendidik untuk pertanyaan Mengapa?, Apa Alasannya?, apa tujuannya? hingga berlanjut ke implementasi pengetahuan tersebut.

Narasumber yang juga sangat ditunggu adalah Taryono, Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan. Taryono menjelaskan kondisi saat ini di Tangerang selatan dimana sudah ada puluhan lembaga yang menyediakan konsep pembelajaran sekolah rumah di Tangsel dengan peserta ujian penyetaraan yang mencapai 2700 – 2900 siswa per tahun.

Paparan terakhir disampaikan Alexander Prabu anggota komisi 2 yang juga wakil ketua fraksi PSI DPRD Tangsel. Alexander banyak mengupas tentang aspek legalitas dan juga update situasi terakhir dunia pendidikan di Indonesia terutama kota Tangsel.

Tidak diduga Koordinator Perhimpunan Home Schooler Indonesia (PHI) , Ellen Nugroho, hadir sebagai peserta dan langsung didaulat oleh Moderator Mikhail Gorbachev Dom untuk memberikan tanggapannya.

Dalam sesi tanya jawab muncul banyak sekali tidak hanya pertanyaan tapi juga gagasan baru tentang konsep sekolah rumah hingga tentang Pendidikan untuk anak yang berkebutuhan khusus. Karena waktu yang tidak memungkinkan lagi untuk melanjutkan diskusi akhirnya Kadis Taryono mengundang beberapa peserta untuk audiensi lebih lanjut esok harinya di Kantor Dinas. Alex Prabu selaku wakil ketua Fraksi PSI juga menyatakan siap menerima siapa saja masyarakat Tangsel yang akan menyampaikan aspirasi di Fraksi PSI DPRD Tangsel. Tidak hanya itu bahkan antar pesertapun membangun interaksi dengan bertukar nomor kontak sehingga bisa berlanjut diluar diskusi.

Diskusi diakhiri dengan penyerahan sertifikat kepada para narasumber dan satu perwakilan peserta yaitu Ellen Nugroho serta foto bersama pada semua yang terlibat dalam acara tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: