Jakarta, EDITOR.ID,- Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa Pertamina akan terus mempertahankan tiga agenda utama berupa ketahanan, aksesibilitas, dan keterjangkauan energi melalui berbagai cara.
Nicke menegaskan bahwa dalam proses mewujudkan Net Zero Emission (NZE) atau nol emisi karbon, tidak boleh mengorbankan ketahanan energi.
“Kita tidak boleh mengorbankan energy security atas nama apapun,” ujar Nicke dalam CEO Fireside Chat di ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) 2023, Rabu (6/9/2023).
Menurutnya ketahanan energi di tanah air tetap terjaga dan akan menjadi prioritas utama. Meskipun, kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan transisi energi akan terus dilakukan.
“Tetap menjaga pasokan energi yang masih diperlukan Indonesia, tapi kita kurangi karbonnya. Jadi tetap oil and gas tapi dengan decarbonization program,” jelasnya.
Dalam rangka mewujudkan target Net Zero Emission (NZE)/nol emisi karbon, Pertamina pun menyiapkan sejumlah langkah transisi energi. Salah satunya, mendorong program dekarbonisasi dan transisi ke bioenergi.
Pertamina sendiri sudah melakukan langkah dekarbonisasi, serta tercatat berhasil menurunkan 31% karbon emisi seluruh operasional dari hulu ke hilir.
Salah satu perusahaan BUMN ini juga mengembangkan low carbon product dengan pengembangan bio energi mengingat banyaknya potensi biodiversity di Indonesia yang berlimpah.
Salah satu langkah yang dilakukan Pertamina ialah mendorong pengembangan Green Refinery sebagai salah satu inisiatif pengolahan produk bahan bakar minyak ramah lingkungan (green fuel) atau bioenergy lainnya.
Nicke juga menyebutkan bahwa saat ini, Pertamina memiliki 6 kilang, 3 diantaranya akan di-convert menjadi 3 green refinery yang menghasilkan biofuel. Sedangkan 3 kilang lainnya akan dikembangkan dan diintegrasikan dengan petrochemical.
“Ada 6 kilang, 3 akan kita convert jadi 3 Green Refinery yang menghasilkan biofuel,” ungkap Nicke.
Meski fokus bisnis perusahaan beralih, Nicke menegaskan tidak akan ada yang tertinggal dalam proses transisi energi ini, terutama para pekerja.
“Di energy transition itu no one left behind. Dengan aset yang ada, bisa menyerap tenaga kerja, malah menambah (tenaga kerja),” tambahnya.
Ia memaparkan Indonesia memiliki populasi penduduk mencapai 280 juta orang. Jika transisi dari energi fosil ke energi hijau dilakukan tanpa perencanaan, hal ini dapat meningkatkan jumlah pengangguran.
Namun, pihaknya akan memaksimalkan aset yang ada sehingga pengembangan energi hijau yang dilakukan akan tetap menyerap tenaga kerja. Bahkan diperkirakan mampu menambah lapangan pekerjaan.