EDITOR.ID, Jakarta,- Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan, ada penumpang gelap yang menunggangi aksi demonstrasi. Unjuk rasa yang berujung kerusuhan tersebut diduga disusupi kelompok-kelompok perusuh yang sengaja memanfaatkan momentum aksi demonstrasi mahasiswa-pelajar di sekitar Gedung DPR, sejak Selasa (24/9/2019) hingga Rabu (25/9/2019)
“Kita lihat ada semacam perubahan di dua hari ini, dari cara damai jadi anarkis. Kita lihat bahwa ada indikasi kelompok yang lakukan aksi ini, yang semula murni dari adik-adik mahasiswa, ada pihak-pihak yang memanfaatkan, mengambil momentum ini untuk agenda yang lain, untuk agenda politis, bukan agenda (menolak) RUU,” ujar Tito dalam konferensi pers di Gedung Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (26/9/2019).
Kegiatan ini juga dihadiri Menkopolhukam Wiranto, Panglima TNI, Mendagri, dan KSAD.
Kelompok tersebut diduga memiliki agenda politik sendiri, yakni ingin menjatuhkan pemerintah secara konstitusional.
“Ada agenda politis yang tadi disebutkan Pak Menko Polhukam, bukan UU tapi agenda politis yaitu untuk menjatuhkan pemerintah yang sah secara konstitusional,” lanjut dia. Ada beberapa temuan kepolisian yang mengarahkan pada kesimpulan tersebut.
Kapolri mengatakan rangkaian aksi demo itu tak seharusnya disertai dengan pembakaran pos polisi, ban, dan kendaraan TNI, serta pelemparan batu dan penggunaan bom molotov.
“Ini mirip pola (demo ricuh) 21-23 mei lalu; dimulai sore, sampai malam, dan ini cukup sitematis. Artinya ada pihak yang mengatur itu,” cetus Tito.
Dilihat dari polanya, Tito menduga kelompok perusuh ini mirip seperti pemicu kerusuhan yang terjadi di depan Gedung Bawaslu pada 21-23 Mei 2019, di masa pemilu presiden.
“Ini mirip dengan pola kerusuhan tanggal 21-23 (Mei) lalu. Dimulai sore dan berlangsung sampai malam hari. Dan ini cukup sistematis, artinya ada pihak-pihak yang mengatur itu,” ungkap Tito.
Sejauh ini, perusuh-perusuh ini sudah diamankan ke Polda Metro Jaya. Mereka ditangkap karena berusaha menganiaya petugas dengan melempar baru dan flare hingga mercon. Bahkan, dari perusuh yang diamankan juga ditemukan bom molotov.
Namun demikian, dia enggan menyebut siapa pihak yang mendesain kerusuhan itu.
Tito mengatakan pihaknya menangkap 200 orang dalam aksi demo ricuh itu. Mereka, ungkapnya, tak berstatus mahasiswa ataupun pelajar.
“Tapi masyarakat umum yang ketika (ditanya) untuk apa (ikut) aksi, tidak paham tentang RUU apa, tidak mengerti. Bahkan ada yang mereka mendapat bayaran.