EDITOR.ID, Jakarta,- Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) mensinyalir adanya penumpang gelap yang menyusup dan memanfaatkan gerakan mahasiswa yang sebenarnya murni menyampaikan aspirasi di depan Gedung DPR/MPR.
Namun aksi berubah menjadi rusuh karena ditunggangi penumpang gelap. Tujuannya menggagalkan pelantikan presiden.
“Rangkaiannya terbaca mulai tanggal 23 September 2019. Isunya tolak revisi UU KPK. Sejumlah mahasiswa dari universitas di Jakarta turun di jalan. Jumlahnya saat itu seribuan orang,†kata Karo Penmas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, Rabu (25/9/2019).
Dedi Prasetyo menjelaskan, di tanggal yang sama juga ada rapat teknis dan konsolidasi mahasiswa untuk berdemo kembali di DPR pada 24 September 2019. Rapat diikuti oleh sejumlah mahasiswa dan aktivis antikorupsi serta aktivis lembaga bantuan hukum.
“Isunya kembali soal tolak revisi KPK. Ini kita duga diikuti oleh parade dari kelompok tertentu pada 28 September nanti. Dilanjutkan 2 Oktober akan ada demo lagi di DPR, kali ini oleh kelompok buruh. Ini semua lalu dimanfaatkan kelompok tertentu untuk gagalkan pelantikan presiden,†kata Dedi Prasetyo.
Mereka kata dia, menciptakan opini pemerintah gagal dan menimbulkan ketidakpercayaan pada pemerintah baru. Namun Dedi tidak menjelaskan siapa kelompok tertentu itu karena sedang diselidiki.
Para penyusup ini membuat rusuh karena memaksakan aksi demo berlanjut ke malam hari. Padahal aturan unjuk rasa hanya diperbolehkan hingga petang jam 17.00 WIB.
Gerakan aksi mahasiswa yang dikoordinir Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari berbagai Universitas sebenarnya sudah membubarkan diri sejak sore.
Namun ada kelompok massa yang berdatangan menjelang petang. Mereka lah yang kemudian menyerang polisi yang sedang mengamankan aksi demo mahasiswa. Akibatnya bentrokan tak terhindarkan.
Dalam peristiwa rusuh semalam, Polda Metro sudah mengamankan 60 orang. Mereka dimintai keterangan secara intensif.
“Polda Sumut lebih dari 30 orang perusuh. Khusus untuk Bandung diwarnai kelompok Anarco sindikalisme,” kata Dedi Prasetyo.
Dalam kerusuhan aksi mahasiswa tersebut sedikitnya 65 anggota Polri terluka. Puluhan polisi tersebut diserang massa yang diduga sengaja merusuh. Petugas yang terluka ini diserang saat mengamankan aksi demonstrasi mahasiswa yang menolak RUU KUHP kemarin.
“Data pada 24 September 2019, anggota kami yang menjadi korban ada 65 orang. Mereka adalah yang bertugas mengamankan aksi adik-adik mahasiswa. Tapi kami memastikan yang menyerang, memprovokasi adalah perusuh yang bergabung dengan oknum mahasiswa,” kata Dedi Prasetyo di Mabes Polri.