40 Juta Rakyat Bergaji Dibawah Rp5 Juta, Angka Pengangguran Tertinggi, Kapan Indonesia Emasnya?

Hal itu terlihat dari terjadinya deindustrialisasi prematur alias penurunan kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dalam beberapa tahun terakhir.

Ilustrasi Pekerja Foto Inilah

“Ini hanya sekedar impian pepesan kosong selama masih banyak kelas menengah yang masuk kategori sangat rentan,” katanya.

Sementara itu, Pengamat CELIOS Nailul Huda mengatakan masalah yang paling dasar adalah pasar tenaga kerja yang melimpah tetapi lapangan kerja sedikit. Kombinasi kedua kondisi tersebut lah yang menekan pendapatan tenaga kerja.

“Sesuai hukum permintaan penawaran ya harga akan semakin dapat ditekan oleh pengusaha. Artinya pasar tenaga kerja kita adalah oligopsoni,” katanya.

Jika kondisi itu terus terjadi, sambungnya, maka kesejahteraan dari pekerja akan semakin jauh dari kata ideal. Kemiskinan pun tidak akan teratasi dengan pendapatan Rp5 juta ke bawah.

Pendapatan pekerja hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari tanpa ada peluang untuk naik kelas kesejahteraan. Kondisi itu katanya akan berbahaya bagi target Indonesia Emas 2045.

“Mungkin bisa PDB per kapita tinggi, namun yang terjadi ketimpangan pendapatan akan semakin lebar,” katanya.

Selain isu gaji tak manusiawi, Indonesia juga dihantam oleh kondisi angka pengangguran yang mencapai jumlah yang tertinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), TPT atau persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 5,32 persen yang berarti ada 7,86 juta pengangguran per Agustus 2023 dari total 147,71 juta angkatan kerja.

PHK Besar-Besaran

Tak hanya gaji murah, pengangguran membludak, ekonomi Indonesia juga dibayang-bayangi ancaman PHK besar-besaran. Hal ini dipicu sejumlah kebijakan pemerintah yang tak berpihak kepada kalangan industri di tanah air. Salah satu contohnya adalah kebijakan membuka keran impor pakaian jadi besar-besaran

Kebijakan ini diduga menjadi penyebab banyaknya perusahaan tekstil yang gulung tikar karena kalah bersaing. Imbasnya pemilik pabrik lebih memilih menutup usahanya daripada tetap beroperasi namun produk yang dihasilkan tidak terserap di pasar dalam negeri maupun ekspor.

Sebagaimana dilansir dari CNBC Indonesia, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), David Leonardi membenarkan ancaman atau sinyal mulai banyaknya industri tekstil yang tutup dan ancaman PHK.

Menurut David, tantangan bisnis tekstil mulai dari naiknya harga bahan baku imbas pelemahan Rupiah dan tidak adanya pasar akibat serbuan produk impor. Selain itu, melemahnya daya beli turut menekan industri TPT sehingga ancaman PHK dan penutupan pabrik semakin nyata.

API mencatat PHK industri TPT sudah mencapai 10.800 sepanjang Q1-2024 dimana angka ini lebih tinggi 7.200 dari tahun 2023. Jika persoalan serbuan produk impor tidak dihentikan maka hingga deindustrialisasi sektor tekstil akan terjadi.

Rupiah Anjlok buat Money Changer Antre

Anjloknya nilai rupiah terhadap dolar AS juga memicu pembelian besar-besaran dolar AS. Namun ada juga yang ramai-ramai menjual uang dolarnya untuk mendapatkan rupiah yang lebih banyak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: