4 Hari Prancis Mencekam Gegara Dipicu Penembakan Remaja Arab oleh Polisi

Dari tanggal (28/6/2023) hingga (1/7/2023) selama 4 hari di Nanterre dan kota-kota di pedesaan pinggiran Kota Paris, Prancis mencekam gegara dipicu penembakan remaja keturunan Arab usia 17 tahun bernama Nahel, ditembak hingga tewas oleh petugas polisi lalu lintas Prancis pada Kamis (27/6/2023). (AAP, ABACA, Press Association / Poitout Florian/Alamy, Stefano Relladini/AFP, Michel Euler/Associated Press, The Independent, Catherine Porter)

Presiden Prancis Emmanuel Macron satu hari setelah insiden penembakan itu pada Rabu (28/6/2023) pagi mengatakan, pembunuhan Nahel sebagai “tidak dapat dijelaskan” dan “tidak dapat dimaafkan,” dan menyatakan, “Tidak ada, tidak ada yang membenarkan kematian seorang anak muda,” yang kematiannya membangkitkan “emosi seluruh bangsa.”

Presiden menjanjikan “rasa hormat dan kasih sayang” kepada keluarga remaja tersebut.

Polisi Prancis awalnya berbohong tentang keadaan penembakan itu.

Ini, dan fakta bahwa Nahel berasal dari Afrika Utara, hanya mendorong persepsi luas tentang kebrutalan polisi terhadap kelompok etnis di kota-kota besar Prancis.

Sekitar 2.000 polisi anti huru hara dikerahkan di dan sekitar Paris pada Rabu (28/6/2023) malam.

Penembakan itu terjadi setelah aksi protes para pengunjuk rasa yang semakin bertambah banyak jumlahnya di Prancis.

Pada hari Sabtu (1/7/2023), terjadilah bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa hingga menyebar ke pedesaan.

Pihak kepolisian mengatakan — masa pengunjuk rasa membawa bom molotov dan mereka melemparkan ke petugas polisi dengan sangat kejam.

Aksi unjuk rasa di Prancis mengumandangkan “Kami tidak lupa, kami tidak memaafkan,” teriak massa saat mereka mengecam penembakan yang menewaskan seorang remaja berusia 17 tahun dari Nanterre, di pinggiran Paris, Kamis, (27/6/2023).***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: