Tetangganya tak menyangka di kamarnya kakek Sarneli yang sangat sederhana tersimpan tumpukan uang tersimpan selama 10 tahun di bawah kasur, di ember dan di kantong plastik kresek — setelah dihitung totalnya ada lebih dari Rp 104 juta.
Para tetangganya menghitung uang kakek Sarneli selama sehari semalam dengan kondisi uang yang disimpan sebagian sudah mulai rapuh.
Kakek Sarneli sempat menanyakan jumlah total uang miliknya kepada keponakannya yang bernama Ola Sahala (55). “Picise ana pira (Uangnya ada berapa semuanya?),” tanya kakek Sarneli terbata-bata di kamarnya berukuran kurang lebih 2×1,5 meter.
Meski kakek Sarneli kondisinya Sakit, dia ingat uang miliknya dan menanyakan kepada keponakannya
“Picise akeh nyampe seratus juta lebih (Uangnya banyak nyampe seratus juta lebih),” jawab Ola dengan nada tinggi agar terdengar jelas oleh kakek Sarneli.
“Kulimen picise ora dokon ning bank, lebih aman, kelimen dokon ning esor ranjang (Kenapa gak disimpen di Bank uangnya, malah disimpen di bawah kasur, padahal di Bank lebih aman,” timpal Ola Sahala.
“Uwis mari(sudah berhenti), ” jawab Sarneli singkat dan mengakhiri obrolan dengan Ola Sahala, karena sulit untuk diajak bicara
Kakek Sarneli terbaring sakit
Alasan kakek Sarneli meminta tetangganya menghitung uang miliknya, dikarenakan kondisi kesehatannya yang sedang mengalami sakit — nampak kakek Sarneli saat ini terbaring lemah karena sedang sakit dan tak bisa untuk ikut menghitung uang yang disimpannya selama bertahun-tahun di ember, di bawah kasur dan di kantong plastik kresek.
Kesehatan kakek Sarneli kian menurun hingga is harus terbaring di kamar yang baru diperbaiki oleh pihak saudara terdekatnya.
Kakek Sarneli memberi tahu keponakannya, Ola Sahala (55) — semenjak dua bulan lalu kondisi sakitnya membuatnya harus terbaring di tempat tidur. Kini kakek Sarneli sudah tidak kuat berjalan.
Selain itu, kondisinya sudah mulai kurang mendengar bila diajak berbicara.
Hingga saat ini keponakan yang sering mengurusnya yang memberi makan dan minum.
Kondisi saat ini kakek Sarneli hanya bisa terbaring lemas di atas tempat tidurnya, yang terbuat dari bambu dan beralaskan kasur kapuk.
Kaki kanannya yang terluka, terhitung sudah dua bulan lebih kakek Sarneli mengalami sakit.
Di dalam kamar yang tidak begitu luas, kakek Sarneli mengabiskan waktu sehari-hari.
Di dalam kamar juga tersedia beberapa makanan dan juga minum.
Untuk makan, kakek Sarneli hanya dapat mengandalkan bantuan dari saudara dan ponakannnya, yang mau merawatnya.
Kondisinya yang sudah tidak lagi muda, pendengaran kakek Sarneli pun sudah berkurang. Harus dengan nada tinggi jika ingin berbicara dengannya