Warga Tolak FPI

EDITOR.ID, Tarakan,- Warga Kota Tarakan, Kalimantan Utara kompak dan sepakat menolak kehadiran ormas Front Pembela Islam (FPI) di kota ini. Mereka menggelar aksi demo menolak kedatangan Wakil Ketua Umum FPI Habib Ja’far Shodiq yang ingin menghadiri Musyawarah Daerah (Musda) FPI.

Warga dan kelompok massa ormas di Kaltara menggelar aksi dengan mencegat orang FPI dari Jakarta yang datang ke wilayah mereka melalui Bandara Juwata Tarakan, Sabtu (14/7/2018).

Informasi yang beredar, Waketum FPI dan dua pengurus FPI pusat lainnya akan menghadiri Musda dengan agenda pembentukan FPI di Kaltara yang akan dilaksanakan, Minggu (15/7/2018) di salah satu hotel di Tarakan.

Ratusan personel dari TNI dan Polri langsung melakukan pengamanan di terminal Bandara Internasional Juwata Tarakan mengawal aksi massa ormas menolak kedatangan pengurus FPI Pusat.

Ketua Kordinator Aksi Warga, Markus mengungkapkan, aksi penolakan kedatangan perwakilan FPI pusat karena track record (rekam jejak) FPI yang dinilai kerap kali melakukan aksi sweeping yang sangat meresahkan masyarakat.

“Saya rasa, tidak ada yang melarang suatu ormas jika tujuan ormas itu memang jelas untuk kebaikan. Namun karena adanya rekam jejak ini, masyarakat menolak masuknya ormas FPI ke Tarakan karena beberapa sikap mereka di berbagai wilayah yang melukai hati pemeluk agama lain. Karena itu yang kita inginkan, Tarakan dan Kaltara harus tetap damai. Dengan begitu, kita akan tetap hidup harmonis,” ungkap Markus.

Selain itu, Markus menerangkan aksi ini bukanlah tindakan yang bertujuan membenci suatu agama. Namun aksi tersebut hanya ditujukan kepada sebuah ormas yang selalu membawa nama agama dalam setiap aksinya yang dianggap meresahkan.

“Intinya kita menolak hadirnya FPI di Tarakan dan meminta perwakilannya yang datang dari Jakarta kembali ke daerahnya. Tujuannya, kita tidak mau di Tarakan terjadi lagi gesekan antar umat beragama, suku dan bangsa,” tegasnya sebagaimana dikutip dari jpnn.com.

Menurut dia, kondisi Tarakan sejauh ini sudah aman dan kondusif antar umat beragama dan suku. Baginya, kehadiran ormas yang berkedok pembela agama sudah tidak diperlukan lagi di Kota Tarakan.

Dia khawatir, dengan masuknya ormas berkedok pembela agama dikhawatirkan, ormas tersebut akan berpotensi menimbulkan gesekan antarpemeluk agama.

“Apalagi yang mau dibela, di Tarakan ini kita hidup rukun dan berdampingan kok. Tidak ada agama yang tertindas di sini (Tarakan,Red.). Jangan sampai karena kehadiran sebuah ormas malah dapat merusak kerukunan masyarakat Kota Tarakan. Maka dari itu, aksi ini sebagai bentuk ketidakinginan kita terhadap munculnya persoalan-persoalan baru di Tarakan. Semua itu kita lakukan agar keamanan dan kedamaian di Tarakan bisa terjaga dengan baik,” terangnya.

Berdasarkan pantauan di lapangan tiga orang perwakilan FPI pusat yang baru tiba di Tarakan sekitar pukul 08.00 Wita, tidak dapat keluar dari Bandara Juwata Tarakan karena disambut dengan aksi demo yang menolak kehadiran FPI.

Sementara itu, Wakapolres Kota Tarakan Kompol Riski mengungkapkan, kehadiran petinggi FPI tersebut dikarenakan adanya agenda Musyawarah Daerah (Musda) yang direncanakan FPI di Kota Tarakan, hari Minggu ini.

Riski mengungkap, sebelumnya rencana aksi penolakan akan dilaksanakan di depan Mapolres Tarakan. Namun ketika dirinya melaksanakan apel di Polres Tarakan, tiba-tiba mendapatkan informasi dari Avsec Bandara Juwata Tarakan bahwa ada aksi penolakan FPI di terminal Bandara Juwata Tarakan.

“Ada 3 petinggi FPI yang datang. Itu yang membuat sejak pagi adanya aksi penolakan di sini. Kita harus melakukan tindakan dengan cepat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi,” tukasnya.

Riski menambahkan, setelah dilakukan mediasi, ketiga petinggi FPI yang datang ke Tarakan akhirnya dapat mengerti dan kembali bertolak ke Jakarta menggunakan maskapai Lion Air, sekira pukul 11.00 Wita, kemarin.

Dia menerangkan, semua pihak akan tetap berjaga hingga massa aksi membubarkan diri. Hal tersebut dikarenakan, pihaknya mengkhawatirkan adanya ketidaknyamanan pengunjung bandara.

“Kami berikan penjelasan bahwa untuk saat ini tidak memungkinkan buat mereka melaksanakan kegiatan di Tarakan. Penjelasan yang kami berikan juga menyangkut keamanan dan keselamatan mereka, terlebih dalam waktu dekat kita akan menggelar Rakernas Apeksi. Akhirnya mendengar penjelasan tersebut mereka memahami,” ujarnya.

“Ketiga petinggi FPI telah diterbangkan kembali ke Jakarta. Dan demi kenyamanan pengunjung bandara kita akan tetap melakukan penjagaan hingga massa membubarkan diri,” tutupnya.

Menanggapi adanya aksi penolakan itu, Juru Bicara FPI pusat, Slamet Maarif angkat bicara setelah mendapat kabar adanya aksi penolakan tersebut. Dia menyayangkan, adanya aksi demonstrasi yang dilakukan ormas yang ada di Kaltara menolak perwakilan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) FPI untuk menghadiri Musda FPI di Tarakan.

Menurutnya, hal ini bukan pertama kalinya pengurus FPI ditolak kedatangannya di suatu daerah.

“Kejadian ini (Penolakan,Red) terulang lagi. Intoleransi dalam berbangsa dan bernegara masih saja terjadi termasuk di Kaltara. Di mana kebebasan berserikat sesuai amanat undang-undang?” tuturnya.

Tidak hanya itu, dia menegaskan, akan mengambil langkah hukum atas penolakan itu. Menurutnya, area bandara harus steril dari orang yang tidak berkepentingan, termasuk aksi demonstrasi. Dia juga menyayangkan, instansi baik dari pemerintah, kepolisian dan instansi penegak hukum lainnya melakukan pembiaran aksi demonstrasi di area steril.

“Ini pembiaran dari semua pihak dengan seenaknya saja ada aksi seperti itu (demonstrasi,Red.). Padahal aturan bandara kan sudah sangat jelas. Anehnya, yang selama ini teriak pancasila ke mana semua? Kita menuntut kepolisian agar peraturan bandara harus ditindak lanjuti dan harus diproses. Teman-teman dari lawyer akan mengambil sikap besok (Hari ini,Red.),” tegasnya.

Pentolan Front Pembela Islam (FPI) Habib Novel Bamukmin menyayangkan adanya aksi penolakan Wasekjen FPI Habib Ja’far Shodiq di Bandara Juwata Tarakan, Kalimantan Utara, Sabtu (14/7/2018). Novel mengaku, bukan kali ini saja kader FPI diintimidasi di sejumlah daerah.

“Memang FPI sering mendapatkan penolakan dan persekusi oleh gerombolan preman,” kata dia, Minggu (15/7/2018).

Menurut pria yang juga juru bicara Persaudaraan Alumni 212 ini, penolakan itu dilakukan oleh oknum masyarakat yang radikal dan fasis. Dia menambahkan belakangan ini banyak muncul kaum intoleran terutama di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.

“Karena mereka telah mengganggu ketertiban umum yaitu bandara yang harus dijaga keamanan dan ketertibannya,” jelas dia. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: