Walikota Bogor Jamin Kasus Gereja Yasmin Tuntas

EDITOR.ID, Jakarta,- Isu Intoleransi masih menjadi ganjalan besar hubungan keharmonisan antar umat beragama di Indonesia. Salah satunya dipicu pembangunan tempat beribadah bagi umat minoritas.

Sebenarnya kerukunan dan sikap saling tolong menolong antar warga sudah menjadi akar budaya kuat dalam kehidupan masyarakat di Indonesia sejak bertahun-tahun silam. Hubungan antar tetangga telah terjalin sangat baik. Tidak pernah muncul masalah karena masing-masing saling menghormati wilayah kehidupan pribadi masing-masing.

Hanya saja, masalah muncul ketika ada sekelompok penyusup kemudian memprovokasi kehidupan warga yang sudah berjalan harmonis bertahun-tahun.

“Ada yang menyuntikan informasi berbau intoleransi dengan balutan agama dan ancaman terkena sanksi agama, sehingga muncul sikap lain dari warga masyarakat yang sudah lama menjalin hubungan baik dengan sesama antar umat beragama menjadi paham intoleransi,” papar pengamat sosial Urbanisasi di Jakarta, Rabu (14/8/2019)

Menurut Urbanisasi, hal ini sangat berbahaya sehingga memunculkan benih-benih penyebab perpecahan bangsa. “Sikap warga yang ekseklusif karena terdoktrin tokoh agama mengenai paham beragama yang terkadang ada unsur tidak menghormati umat lain,” katanya.

Hal inilah yang memicu kemudian beredar isu liar seolah-olah akan ada ancaman pemeluk agama lain. “Padahal selama bertahun-tahun kita hidup sebagai bangsa Indonesia dengan beragam agama tidak ada ancaman apapun, kita tetap tenang dalam menjalankan ibadah sesuai agama kita masing-masing, yang jadi masalah akhir-akhir ini muncul paham yang menjurus sikap saling curiga mencurigai antar umat beragama,” papar Staf Pengajar Universitas Tarumanagara ini.

Hal inilah yang memicu munculnya kasus penolakan pembangunan tempat ibadah di sejumlah tempat. Salah satunya di Kota Bogor, Jawa Barat. Pembangunan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin ditolak warga yang kurang memahami arti dan makna bagaimana menghormati sesama warga bangsa.

Namun dalam seminar bertajuk ‘Mendorong dan Memperkuat Kebijakan Toleransi dan Antidiskriminatif di Indonesia’ yang diselenggarakan SETARA Institute di Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2019), Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto optimistis kasus Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin bisa tuntas tahun ini dengan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah.

“Saya yakin Yasmin selesai, mudah-mudahan Natal tahun ini ada kabar baik untuk kita semua,” kata Bima.

Bima mengatakan, kasus GKI Yasmin sebagai isu lama yang belum selesai, tidak lagi menjadi isu lokal tapi juga sudah menjadi isu nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: